Lihat ke Halaman Asli

Pemilu 2024 : Memaksimalkan Suara, Bukan Tanpa Suara

Diperbarui: 22 Januari 2024   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, seluruh masyarakat Indonesia pasti tahu akan hal itu. Lantas apakah demokrasi itu? Demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu demos dan kratos yang secara harfiah berarti kekuasaan yang mutlak oleh rakyat, seperti pernyataan yang sering kita dengar bahwa demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Dalam hal demokrasi sendiri terdapat kebebasan dan hak asasi manusia ditiap rakyat individu terkhusus bagi yang sudah berusia dewasa dimana bagi masyarakat berusia dewasa harus turut serta dalam politik terutama dalam hal pemilu.

Partisipasi aktif dalam pemilu juga penting karena hasil pemilu menentukan arah dan masa depan suatu negara, serta pemimpin yang mempengaruhi kebijakan nasional dalam jangka waktu tertentu.

Dilansir dari kominfo.go.id, beberapa lembaga survei memprediksi akan adanya penurunan jumlah pemilih, atau masyarakat yang mengambil sikap golput pada Pemilu 2024 karena mengindikasikan akan adanya penurunan indeks demokrasi.

Jika kita berbicara tentang hak masyarakat terkait demokrasi tentu golput juga termasuk hak dari masyarakat namun sikap golput tentu jika dipandang dalam hal pemilu termasuk sikap yang kurang etis, karena bisa dikatakan kita tetap berpartisipasi dalam jalannya pemilu tetapi tidak tergolong partisipasi secara aktif.

Untuk generasi muda mahasiswa/i memiliki peran yang sangat signifikan dalam hal ini. Mereka  yang sangat menguasai akan hal teknologi dan sangat kritis terhadap tiap masalah politik tentu menentukan pilihan dan memberikan suara sangat sangatlah penting. Karena selain bentuk usaha untuk membangun demokrasi yang sesuai nilai nilainya merekalah pondasi penguat bangsa dalam jangka waktu panjang yang akan membangun negara menjadi lebih maju.

Di era sekarang, kita semua dimudahkan dengan akses informasi terbaru terkait politik, jadi GOLPUT bukanlah sikap yang etis menyikapi pemilu yang akan datang.

Jika memang tidak ada yang masuk dalam pandangan kita terkait gagasan gagasan yang disampaikan para calon pemimpin maka bisa kita ambil kiasan "pilih yang buruk, dari yang terburuk" karena mau bagaimanapun negara akan tetap butuh pimpinan yang memberikan kebijakan kebijakan terhadap masyarakat negara.

Apabila kita memilih dan yang kita pilih ada kabijakan yang menyimpang maka kita bisa berpartisipasi aktif dalam menyampaikan aspirasi kita secara bebas bertanggung jawab, namun jika kita tidak memilih (golput) kita rasa kurang etis jika kita mengkritisi atau menyampaikan aspirasi karena saat pemilihan suara kita tidak memberikan suara.

Oleh karena itu daripada saat pemilihan suara kita tidak maksimal dalam memberikan suara (golput), mungkin kiasan "pilih yang buruk, dari yang terburuk" jauh lebih etis dan berbobot pada pemilihan suara dalam pemilu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline