Lihat ke Halaman Asli

Restu Dwi Arianti

Saya adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam

Ketahuilah! Dakwah di Era Masyarakat Online, Bagaimana Seterusnya?

Diperbarui: 19 Juni 2024   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Syamsul Yakin & Restu Dwi Arianti

Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saat ini, mungkiri dai adalah anggota masyarakat online. Dai bisa dengan mudah dalam hitungan detik berbagi pesan dakwah melalui blog,media sosial konvergensi, wiki, forum, dan dunia virtual yang dilayani dan difasilitasi provider internet, dan juga lainnya.

Kemudian, dai sebagai anggota masyarakat online dapat ikut serta dalam perang narasi. Kalau secara konvensional dai melakukan perang narasi secara tatap muka, pada era masyarakat online perang narasi dapat dilakukan secara tatap maya dengan memainkan dua ibu jari saja.

Namun, ada juga yang disebut dengan perang narasi. Perang narasi adalah dalam dunia dakwah adalah aktivitas virtual dai untuk mengungkapkan gagasan dan gerakan untuk menyeru masyarakat online untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Dikatakan perang narasi karena konten yang berseberangan begiti marak menyerbu masyarakat online. 

Selanjutnya, Agar sukses menyeru, mengajak, dan memengaruhi opini masyarakat online ada sejumlah kiat, teknik, tips, atau trik yang harus dilakukan oleh dai. Pertama, ketika berselancar melalui platform apapun, dai harus mampu "mengaduk-aduk" perasaan masyarakat online, seperti sedih, gembira, responsif, marah

Agar konten yang disampaikan menarik, durasi tak lebih dari tiga menit dengan resolusi dan rasio aspek video yang direkomendasikan pakar komunikasi. Kalau diperlukan teks singkat untuk memberitakan gambar tersebut (caption) hendaknya menggunakan bahasa baku.

Inilah aspek keahlian khusus multimedia dimana seorang dai paling tidak memahaminya secara global. Aspek lain dari konten, baik teks dan gambar hendaknya berbasis data dan riset. Dari sini masyarakat online akan memberi respect (penghormatan) karena dai dianggap berwawasan multidisipliner.

Kedua, masyarakat online yang menjadi objek narasi dai dapat dipastikan berbeda manhaj dan mazhab dalam Islam. Atau dalam konteks sosial-politik, masyarakat online berbeda ormas dan afiliasi politik. Untuk itu teks dan gambar yang dishare harus inklusif, toleran, dan moderat.

Ketiga, untuk itu dai tak pelak (no doubt) harus memiliki akun resmi media sosial seperti whatsapp, instagram, facebook, tiktok, telegram, twitter, dan lain-lain yang dianggap populer. Untuk menjaga keamanan semua akun itu, dai harus punya kata sandi (password).

Keempat, mau tidak mau agar sukses dalam berdakwah di kalangan masyarakat online, dai harus punya tim ahli teknologi informasi. Tugas tim ini adalah membuat sistem komputer, jaringan, aplikasi baru termasuk pengawasan, keamanan akun, dan perawatan (maintenance).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline