Masjid menurut bahasa Yunani, masjid berasal dari pada perkataan sa ja da, yang berarti tempat sujud Menurut al-Sa'di, "Masjid ialah satu tempat yang dikhususkan untuk menunaikan solat lima waktu dan solat jumaat secara khusus dan berterusan" (Huri Yasin Husain 2007, 14). Definisi ini dapat difahami bahawa musalla yang berbentuk sementara, bahagian atau ruang tertentu yang kebanyakannya dinamakan surau tidak dikategorikan sebagai masjid. Begitu juga dalam definisi tersebut tidak dinamakan masjid bagi tempat-tempat yang didirikan solat bagi hari raya aidilfitri dan hari raya aidiladha kerana tidak bersifat berterusan. Ini dinamakan sebagai musolla sahaja
Menurut Kamarul dan Ab Halim (2019), pada zaman Rasullulah S.A.W banyak proses pengajaran dan pembelajaran berlangsung di dalam masjid. Islam tidak mengadakan risalah masjid hanya untuk menunaikan solat lima waktu saja, Rasullulah S.A.W menjadikan masjid peranan yang positif . Namun, sebaliknya yang yang berlaku hari ini. Realitinya, kebanyakan masjid kini lebih berfungsi sebagai tempat untuk beribadah saja kebanyakan masjid tidak aktif pada waktu siang digunakan untuk solat zuhur dan asar berbeda dengan waktu malam pada maghrib sehingga isyak. Selain daripada waktu itu, masjid tidak digunakan secara maksima oleh mana-mana pihak.
fungsinya masjid pada saat ini tidak hanya sebaga tempat sujud dan mengerjakan ibadah shalat saja, tetapi berangsur-angsur masjid difungsikan sebagai tempat pendidikan dan pembinaan umat, antara masjid dan pengembangan pendidikan serta pembinaan umat tidak dapat dipisahkan. Masjid tempat ibadah umat Islam yang sangat dihormati dan dimuliakan, masjid juga merupakan tempat dimana ibadah, selain itu juga merupakan tempat sosial. (Dian Rajyat.1992)
Dalam mengoptimalkan fungsi dan peran masjid, berikut ini akan di jelaskan beberapa fungsi masjid:
- Masjid sebagai sarana dakwah
- forum tempat berkumpul kaum beriman dan mendengarkan da'wah. (Ahmad Sutarmadi, 2001.59)
- Masjid sebagai pusat pengembangan moral dan sosial
- di mana masjid adalah tempat para penduduk saling berjumpa, saling berkenalan satu sama lain, memperkuat ikatan persaudaraan. (awbi al-Shar'iyyah li Bini 1999.9)
- Masjid sebagai pusat Pendidikan
- sebagaimana dikutip Tajuddin bin u'aib, mengakui bahwa institusi masjid dalam Islam telah melahirkan konsep universitas di dunia.
- Masjid sebagai pusat pengembangan ekonomi
- Pengembangan fungsi masjid seperti yang diharapkan itu belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, disebabkan kemampuan pengurus dan pengelola sebagian besar masji terutama di Indonesia masih terbatas, dan lagi masih banyak pandangan bahwa masjid
- dimanfaatkan khusus untuk ibadah saja. (Ahmad Sutarmadi. 20)
- Masjid sebagai pengembangan politik
- Di zaman Nabi dan Khalifah, orang yang diangkat menjadi gubernur dalam suatu propinsi, sekalian juga ditunjuk menjadi imam memimpin shalat. Kehormatan menjadi
- imam sama dengan kehormatan nmenjadi raja. Pada imam ini kelihatan kembali betapa
- agama dan kebudayaan merupakan bagian-bagian dari dn yang seimbang, masing-masing berbeda, meliputi lapangan yang berlainan, tetapi keduanya berpadu dalam din. Imam sebagai pemimpin dalam agama (Shalat), juga merupakan pemimpin dalam kebudayaan dan politik. (Sidi Gazalba.195)
Karena itulah, Allah swt, begitu sangat mencintai masjid dan orang orang yang berjalan menuju masjid untuk beribadah. Dalam Q.S. al-Taubah: 18 Allah swt. Berfirman:
"Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS AT-TAUBAH.18)
Selain itu, dalam hadis disebutkan riwayat (al-Tirmidzi dari Abu Sa'id al-Khudry) bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Apabila kamu melihat seseorang biasa pergi ke masjid maka saksikanlah ia benar-benar beriman, karena sesungguhnya Allah swt. berfirman; Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir".
Di Indonesia Masjid masih menjadi suatu lembaga pendidikan yang paling efektif dan dapat dijangkau oleh kondisi sosial masyarakat, ekonomi dan politik apapun. Lingkungan dapat diartikan sebagai suatu system kompleks yang berada diluar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ogranisme. Manusia tidak hanya cinta kepada sesama manusia saja, melainkan juga terhadap lingkungan.manusia yang benar-benar cinta terhadap lingkungan akan memiliki rasa empati terhadap lingkungan tersebut. Kemudian orang yang cinta terhadap lingkungan akan merasa bahagia dan senang apabila lingkungannya dapat terjaga kebersihan dan kelestariannya. Dan mereka yang cinta terhadap lingkungan tentu akan berusaha dan berupaya untuk menjaga lingkungannya agar tidak rusak dan terjaga kelestariannya. Cinta lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu mencegah kerusakan pada alam sekitarnya dan berupaya memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Jadi cinta lingkungan merupakan rasa yang terdapat dalam diri individu terhadap semua benda, kondisi, dan segala sesuatu yang mempengaruhi keberlangsungan hidupnya. Sehingga terdapat rasa keinginan untuk menjaga dan memelihara lingkungan dimanapun mereka berada. Cinta lingkungan merupakan karakter yang harus dimiliki generasi muda saat ini. Karakter cinta lingkungan dapat ditanamkan dengan membiasakan anak sejak usia dini untuk cinta terhadap lingkungan. Seperti halnya menanamkan rasa cinta lingkungan dalam lingkungan masjid. (Khusna, 2019)
Jadi titik fokusnya adalah keikhlashan dalam rangka ingin memandang wajah Allah dan, kendati hanya membangun masjid seperti sarang telur burung, yang penting masjid itu berfungsi dengan baik sebagai tempat ibadah kepada Allah semata, niscaya Allah akan menjamin rumah bagi kita di surga yang semisalnya. Tapi ingat, Allah tidak akan membangunkan rumah bagi kita di surga persis seperti masjid yang kita bangun.
Hadits ketiga. Nabi Muhammad mengatakan,para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka di kumpuian makhluk yang ada di sisi-Nya." [Mukhtashar Shahih Muslim no. 1897]