Era disrupsi telah membawa perubahan besar pada berbagai sektor kehidupan. Disrupsi sering kali dipicu oleh inovasi teknologi, pergeseran sosial, atau krisis global yang mengganggu cara kerja dan struktur yang sudah ada.
Dalam kondisi seperti ini, transparansi dan kecepatan tanggap dalam komunikasi menjadi sangat krusial. Kedua elemen ini adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan di tengah perubahan yang cepat dan sering kali tidak terduga.
Era Disrupsi dan Pentingnya Komunikasi
Disrupsi mengacu pada perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, menimbulkan ketidakpastian, dan sering kali memaksa perusahaan, organisasi, bahkan negara, untuk mengubah cara mereka beroperasi.
Revolusi digital, munculnya kecerdasan buatan (AI), dan pandemi global seperti COVID-19 adalah contoh dari faktor-faktor yang mendisrupsi tatanan dunia. Dalam situasi ini, komunikasi yang cepat dan akurat menjadi penting agar pihak-pihak yang terlibat dapat segera menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Pandemi COVID-19, misalnya, telah menunjukkan betapa pentingnya sistem informasi yang transparan dan cepat tanggap. Di banyak negara, informasi yang disampaikan dengan jelas dan tepat waktu mengenai kondisi pandemi, langkah-langkah kesehatan, dan kebijakan pemerintah menjadi faktor penentu dalam pengendalian krisis.
Masyarakat yang mendapat informasi yang transparan dan mudah diakses cenderung lebih kooperatif dan dapat menyesuaikan diri dengan cepat dibanding mereka yang dihadapkan pada informasi yang terputus-putus atau tertutup.
Transparansi: Membangun Kepercayaan di Masa Krisis
Salah satu aspek penting dalam komunikasi efektif di era disrupsi adalah transparansi. Transparansi dalam informasi berarti bahwa pihak-pihak terkait -- baik itu pemerintah, perusahaan, maupun organisasi non-pemerintah -- memberikan informasi yang jujur, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, tidak ada agenda tersembunyi atau informasi yang sengaja disembunyikan dari publik.
Dalam masa disrupsi, masyarakat berada dalam situasi ketidakpastian dan sering kali merasa cemas. Dalam kondisi seperti ini, ketidakpastian informasi bisa memperparah keadaan dan menimbulkan keresahan sosial.
Sebagai contoh, selama pandemi COVID-19, negara-negara yang menghadapi tantangan terbesar adalah yang gagal menyampaikan informasi kesehatan yang akurat dan transparan. Banyaknya hoaks dan informasi yang saling bertentangan memperburuk situasi di beberapa tempat, menyebabkan kepanikan dan ketidakpercayaan terhadap otoritas.