Lihat ke Halaman Asli

Menyulam Harapan Lewat Bantuan: Perjuangan Keluarga Bersama PKH,KIP dan BPNT Demi Masa Depan Anak-anak

Diperbarui: 18 Mei 2024   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar 1: tampak depan rumah (foto dari penulis)

                                                                                                                          

Kondisi Keluarga

Ibu Lindawati adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 40 tahun yang tinggal di Kelurahan Siantan Tengah, Kecamatan Pontianak Utara. Bersama suaminya, bapak Dani dan dua anak mereka, mereka menempati sebuah rumah milik keluarga suami. Di rumah tersebut, juga terdapat enam anggota keluarga lainnya. Ibu Lindawati memiliki sepasang anak perempuan dan laki-laki, anak perempuan kelas 9 SMP dan anak laki-laki kelas 6 SD. Bapak Dani adalah seorang pekerja buruh harian lepas dengan pendapatan yang tidak tetap, hanya bekerja ketika ada tawaran sebagai tukang bangunan. Untuk menambah penghasilan keluarga ibu Lindawati sesekali membantu tetangganya yang ingin mengurus surat-surat di kantor lurah, seperti pembuatan akta lahir dan kartu keluarga yang kemudian akan mendapatkan upah. Selain itu, ia juga membantu tetangganya  berjualan gorengan sehingga kebutuhan sehari-harinya dapat terbantu.

Dalam sehari-hari ibu Lindawati memasak sendiri untuk keluarganya, dengan frekuensi makan biasanya dalam sehari 2-3 kali. Bahan bakar yang digunakan ibu Lindawati untuk memasak sehari-hari menggunakan gas, beliau tidak menggunakan Rice Cooker untuk memasak nasi melainkan beliau menggunakan dandang untuk memasak nasi. Keluarga ini memiliki akses layanan kesehatan melalui BPJS yang diperoleh secara gratis dari pemerintah. Setiap kali mereka berobat, mereka memilih berobat ke puskesmas yang tidak jauh dari rumahnya. Untuk sumber air minum ibu Lindawati menggunakan air hujan yang dikumpulkan dan dimasak sebagai air minum. Sedangkan untuk kebutuhan mandi dan mencuci keluarga ibu Lindawati menggunakan air parit dan ledeng, saat air ledeng tidak jalan maka beliau akan menyedot air parit yang berada di depan rumahnya.

Kondisi ekonomi keluarga ibu Lindawati memiliki pendapatan sekitar Rp 2.000.000 per bulan, sementara pengeluaran mereka dapat mencapai Rp 3.000.000 per bulan dari jumlah tersebut, sekitar Rp 80.000 per hari digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti beras, sayur, minyak, jajan anak dan lain-lainnya. Situasi keuangan mereka yang tidak stabil terbantu dengan adanya bantuan sosial dari pemerintah yang telah diterima sejak pandemi covid-19 sekitar empat tahun yang lalu. Beliau mendapatkan bantuan sosial berupa Program Keluarga Harapan (PKH) untuk anak sekolah, Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Bantuan tersebut sangat membantu beliau dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan pendidikan anak-anaknya. Dalam satu tahun, ibu Lindawati mendapatkan bantuan PKH dan BPNT sebanyak 6 kali yang disalurkan secara bertahap yaitu setiap 2 bulan sekali. Anak bungsunya yang masih duduk di kelas 6 SD mendapatkan PKH sebesar Rp 225.000 untuk setiap tahap atau Rp 900.000 per tahunnya dan anak sulung nya yang sudah kelas 9 Smp mendapatkan PKH sebesar Rp 375.000 untuk setiap tahap atau Rp 1.500.000 per tahunnya. Bantuan BPNT diberikan sebesar Rp 400.000 setiap dua bulan sekali bersamaan dengan bantuan PKH.

Selain itu, anak-anak ibu Lindawati juga mendapatkan bantuan berupa Kartu Indonesia Pintar yang membantu biaya perlengkapan sekolah mereka. Bantuan tersebut diberikan sekali dalam setahun, yaitu sebesar Rp 450.000 untuk anak bungsu nya dan Rp 750.000 untuk anak sulung nya. Ibu Lindawati merasa bersyukur atas bantuan sosial dari pemerintah yang meringankan beban kebutuhan sekolah dan sehari-hari. Sebelumnya, ibu Lindawati pernah mengajukan bantuan PKH namun ditolak dikarenakan rumahnya tidak termasuk dalam kategori miskin. Namun, dengan surat keterangan tidak mampu dari RT dan proses pengajuan ulang ke kantor lurah serta dinas sosial, ibu Lindawati berhasil mendapatkan bantuan pada percobaan kedua.

Ibu Lindawati berharap agar pemerintah lebih mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga yang menerima bantuan sosial, tidak hanya menilai dari kondisi fisik rumah mereka. Menurutnya, banyak keluarga yang tinggal di rumah yang terlihat layak, namun sebenarnya memiliki penghasilan yang rendah dan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya pendidikan anak-anak mereka.

Kondisi Rumah Beserta Aset yang Dimiliki

Rumah yang ditempati ibu Lindawati merupakan rumah milik keluarga suami, memiliki luas 12 meter × 7 meter. Dinding setengah bagian rumah terbuat dari semen, sementara lantai rumah juga terdiri dari dua jenis material yaitu bagian ruang tamu berupa ubin dan lantai dapur berupa kayu. Meskipun tidak memiliki halaman yang luas, pekarangan rumah mereka dihiasi dengan berbagai bunga yang ditanam ibu Lindawati. 

gambar 2: pekarangan rumah ibu Lindawati yang dipenuhi dengan tanaman (foto dari penulis)

Kondisi rumah yang ditempati ibu Lindawati terlihat masih layak dihuni. Rumah ini terdiri dari 8 ruangan yang terdiri dari 3 kamar tidur, 1 dapur, I wc, 1 kamar mandi,1 gudang yang terletak di samping pintu masuk rumah dan 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga. Penerangan rumah menggunakan lampu listrik dengan daya listrik rumah sebesar 450 watt. Rumah ini dilengkapi dengan fasilitas WC sendiri dengan septic tank.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline