Hari ini udara cukup panas, dan saya hanya sendiri di kamar kost yang panas. Saya teringat akan tugas-tugas akhir semester yang mulai membuat pusing dan bingung mana yang palin enak untuk dikerjakan lebih dulu?
Sejenak diam, lalu mengambil laptop di tas, nulai membuka dan mendengarkan music sambil mulai mengetikkan kata-kata. Kuputuskan membuat artikel saja. Kali ini bertema Lingkungan. Mulai teringat lagi, apakah sebelumnya pernah saya ceritakan dimana lingkungan saya sekarang? Sekarang saya kuliah PGSD di UNS yang bermarkas di Kebumen, ya walaupun di tempat cabang, bukan pusatnya, tapi saya senang. Saya ditempatkan di kelas 1B.
Kembali pada tema kita “Lingkungan”. Apa itu lingkungan? Komponen apa yang ada di lingkungan? Bagaimana lingkungan anda sekarang? Apakah anda berada di lingkungan yang menyenangkan, dengan segala fasilitas yang memadai, orang-orang yang ramah dan mengerti anda, rumah yang nyaman, udara yang segar dan anda bisa melihat matahari terbit tiap anda membuka jendela kamar? Ataukah sebaliknya, berada di tempat membosankan dengan segala urusan yang membuat pusing..?ohh tidak..
Lingkungan adalah tempat manusia tinggal, dimana ada keluarga, tetangga, teman sebaya, sekolah dam masyarakat disana. Lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada masing-masing individu. Lingkungan terdekat dengan kita, sejak kita bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua ialah lingkungan keluarga. Siapa saja keluarga itu?
Dalam arti sempit, keluarga lazimnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Namun secara luas, keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan persaudaraan atau pertalian darah dengan kita. Masih ingatkah bagaimana keluarga merawat kita sejak kecil, dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki olehnya, orang tua berusaha penuhi mau kita? Ohoo, tapi untuk yang berlebih sih saya tidak tahu yah, mungkin apa maunya langsung ada dengan seketika.
Sadarkah bahwa itu memberikan peran dan pengaruh terhaadap diri kita? Keluarga yang di dalamnya ada orag tua yang mengasihi kita, mendidik kita penuh kasih, telah banyak memerikan kontribusi terhadap perkembangan kita. Dengan berbagai cara yang dapat digunakannya untuk memperngaruhi kita. Dengan memerintah kita melakukan sesuatu, menghukum ketika kita salah dan melanggar peraturan yang diberikan kepada kita, menyuruh kita bernalar, memberikan peraturan-peraturan pada kita.
Cara setiap orang tua mengasuh anaknya juga berbeda. Lazimnya ada tiga cara mengasuh, yaitu otoriter, permisif dan demokratif. Orang tua yang otoriter akan cenderung memaksakan semua peraturan pada anaknya, segalanya dilakukan sepihak tanpa ada kesepakatan dengan anak. Yang diharapkannya hanya anak menuruti kemauannya, dan akan memberi hukuman bila anaknya tidak menurut. Huh rasanya ini sangat mengekang anak dan akan membuat anak stress. Bertolak belakang dengan perlakuan otoriter, cara permisif justru memberikan kebebasan pada anakaya.
Pendapat, langkah, dan segala maunya anak, anak pula yang menentukan. Kalau ini bahaya nih, nanti malah anak jadi durhaka dan liar. Hehe.. yang paling asyik yaitu pola pengasuhan secara demokratif atau otoritarif. Orang tua dalam pola pengasuhan ini, memberikan peraturan pada anak, tapi juga memberikan kesempatan pada anak untuk berpendapat dan menolak. Betapa bahagianya yah punya keluarga seperti itu..
Setelah keluarga, sekolah merupakan lingkungan kedua yang berperan dalam perkembangan anak. Peranan sekolah dalam hal ini ialah sebagai penentu kepribadian anak dalam hal berfikir, bersikap, maupun berperilaku. Anak yang bersekolah akan lebih unggul dalam segala hal disbanding dengan anak yang tidak pernah bersekolah. Sekolah sangat berperan dalam perkmbangan pola pikir anak, karena di seklah mereka diajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan tentu juga menentukan pola pikir anak.
Selain berada di rumah, di sekolah, anak juga berada di lungkungan masyarakat. Masyarakat terdiri dari banyak individu dengan pola hidup berbeda-beda. Sebagai contoh sederhana, masyarakat desa dengan masyarakat kota. Pola pikir mereka amatlah berbeda. Umumnya masyarakat desa pola pikirnya lebih sederhana disbanding masyarakat kota. Hal tersebut juga akan mempengruhi pola pikir anak. Anak desa umumnya bersifat pasif, statis, dan lamban dibandingkan masyarakat kota.
Dalam masyarakat ada teman sebaya. Anak-anak bermain dengan dengan teman sebaya atau seumuran, tapi bukan berarti pikiran mereka sama. Usia anak-anak sangat mudah meniru dan terpengaruh oleh temannya. Kalau temannya itu memiliki piola pikir yang tidak terlalu baik, bukan tidak mungkin ia akan seperti itu juga.
Lingkungan keadaan alam juga turut berpartisipasi dalam perkembangan anak. Biasanya anak yang berasal dari daerah pegunungan akan memiliki sifat yang lebih keras disbanding anak daerah pesisir pantai yang sifatnya lebih lembut. Begitu besarnya kontribusi lingkungan dalam proses perkembangan anak. Meski tidak sepenuhnya mempengaruhi, tetapi perlu diakui bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya.
Nisa dibayangkan bagaimana perkembangan perilaku anak, jika ia berada di lingkungan yang kumuh, tidak terdidik, kasar, dan masyarakatnya berperilaku buruk. Oh bagaimana masa depan anak-anaknya? Apalagi kalau lingkungan mereka sebagian besar masyarakatnya ialah preman, penjahat, pencopet, dan berbagai pekerjaan kurang baik lainnya? Hmmm.. sulit dibayangkan bagaimana masa depan anak-anak di daerah iatu.
Tetapi jika sejak kecil manusia berada di lingkungan yang terdidik, tentram, dengan orang-orang yang baik, rajin mengaji dan belerja, betapa indahnya masa dean anak-anak disana. Nah, yuk kita bangun lingkungan yang sehat, tentram, damai, berakhlak dan berpendidikan..?!
Akhirnya saya mulai mengantuk dan saya pikir ini waktu yang tepat untuk memejamkan mata sekejap.. see you..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H