Lihat ke Halaman Asli

Mengenal E-Waste: Ancaman di Era Digital Bagi Kesehatan Masyarakat dan Pekerja

Diperbarui: 30 Juni 2024   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assortment of dirty dumped objects (sumber: Freepik)

E-Waste

Era digitalisasi membuat penggunaan peralatan elektronik meningkat. Hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya produksi barang elektronik seperti handphone, laptop, televisi, dan barang elektronik lainnya. Akan tetapi, kondisi tersebut ternyata berkontribusi terhadap timbulnya masalah sampah elektronik yang disebut sebagai E-Waste atau Electronic Waste. E-Waste merupakan sampah atau limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) yang secara umum berasal dari peralatan listrik atau barang-barang elektronik yang sudah tidak digunakan lagi atau sudah habis masa pakainya atau sudah tidak lagi bernilai bagi pemiliknya sehingga dibuang.

Sumber E-Waste

Sumber sampah elektronik di Indonesia berasal dari konsumsi domestik, yaitu dengan banyaknya penggunaan alat elektronik di skala rumah tangga. Seiring dengan perkembangan teknologi dan siklus penggunaan produk elektronik yang tinggi menjadi penyebab meningkatnya limbah elektronik di Asia. Jumlah timbunan sampah elektronik itu diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Studi dari PhD Candidate for Recycling Electronic Waste memprediksi timbunan sampah elektronik di Indonesia pada tahun 2040 sampai dengan 3.200 kiloton, itu artinya setiap orang rata-rata menymbang sebanyak 10 kg sampah elektronik dalam setahun. 

Komposisi E-Waste

Sampah elektronik tidak dapat dibuang sembarangan seperti sampah lainnya, dilansir dari website universal ECO secara umum, limbah elektronik mengandung 40 % logam, 30 % plastic, dan 30 % bahan oksida. Menurut Ficeriova, J., dkk, 2008, komponen utama dalam limbah elektronik diantaranya 45 % logam besi, 10 % logam-logam selain besi, 22 % plastik, dan 9 % kaca. Sehingga, sampah elektronik termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena memiliki kandungan zat beracun di dalamnya, oleh karena itu sampah elektronik ini harus dikelola secara khusus supaya tidak berdampak negatif bagi lingkungan.

Konsekuensi Kesehatan Terkait E-Waste

Limbah elektronik (e-waste) menimbulkan berbagai risiko kesehatan akibat zat berbahaya yang dikandungnya. Berikut adalah beberapa konsekuensi kesehatan terkait dengan e-waste:

1. Bahan Kimia Beracun: E-waste mengandung bahan kimia berbahaya seperti timbal, merkuri, kadmium, dan brominated flame retardants. Zat-zat ini dapat meresap ke lingkungan dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

  • Timbal: Paparan dapat menyebabkan kerusakan neurologis, masalah perkembangan pada anak-anak, dan kerusakan ginjal.
  • Merkuri: Dapat mempengaruhi sistem saraf dan sangat berbahaya bagi janin yang sedang berkembang dan anak-anak kecil.
  • Kadmium: Paparan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, penyakit ginjal, dan kerusakan pada sistem kerangka.
  • Brominated flame retardants: Terkait dengan gangguan tiroid dan potensi dampak pada perkembangan otak.

2. Pencemaran Udara: Pembakaran e-waste melepaskan asap beracun ke udara yang dapat dihirup oleh orang-orang yang tinggal di dekat lokasi daur ulang. Hal ini dapat menyebabkan masalah pernapasan, termasuk bronkitis kronis dan kanker paru-paru.

3. Kontaminasi Air dan Tanah: Ketika e-waste dibuang secara tidak tepat, bahan kimia dapat meresap ke tanah, mencemari sumber air dan tanah. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline