"Dibalik diamnya ada cinta. Di sela gertakannya ada cinta. Di dalam candanya terselip cinta. Ya, cinta yang menyimpan banyak sekali makna. Dan tugas kita adalah mencari makna-makna itu, agar kita bisa menemukan bahwa di balik sisi lain seorang ayah ada cinta. Cinta yang sebenar-benarnya cinta, cinta yang ikhlas dan tulus. Tanpa pengecualian terhadap seorang anak yang mempunyai ayah yang menyebalkan. Ayah tetaplah ayah."
Ayah, seperti kanvas dengan berbagai tumpahan tinta berwarna.
Tidak semuanya berupa embun yang menjejak di dedaunan, yang menciptakan suatu pesona keindahan.
Tidak semuanya berupa cerita lucu yang membuat kita terpingkal.
Tidak selalu seindah langit malam, yang cahaya rembulannya meneduhkan jiwa.
Tidak seluruhnya tentang kisah dongeng yang membuat kita selalu ingin tertidur di pangkuannya.
Tidak seluruhnya seperti gemericik hujan yang bersenandung mistis, membuat kita ingin mendekap dan memeluknya.
Tidak seromantis senja, yang pesonanya membuai kalbu.
Tidak seluruhnya berupa boneka barbie atau robot yang ia beli ketika menerima honor, lalu membuat senyum kita mengembang.
Terkadang,
Sisi lain dari seorang ayah adalah diamnnya, gertakannya, tatapannya, sepatah dua patah katanya, nasihat panjangnya, candaannya, pandangan sendunya, teriakannya, atau bahkan rangkaian sikapnya yang begitu menyebalkan.
Kita tak sepenuhnya mengerti, bagaimana cara ayah dalam mencintai kita, dalam caranya untuk membahagiakan kita, dalam usahanya membuat senyum mengembang di wajah anaknya, dalam doanya untuk kesuksesan dunia dan akhirat anaknya, dalam hal apapun itu.
Ayah tetaplah ayah.
Yang selalu berusaha memberi dan mendoakan yang terbaik untuk anaknya.
Semoga kita dapat memahami. Meski kadang terlambat. Pasti kita bisa menemukan sisi lain dari ayah kita. Ayah tetaplah ayah.
Cintai ia sepenuh hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H