Lihat ke Halaman Asli

Hubungan antara Pola Makan, Stres dan Gastritis

Diperbarui: 3 Juni 2023   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pendahuluan

Gastritis adalah peradangan mukosa lambung akut, kronis, difus atau lokal. Karakteristik asal peradangan ini meliputi anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman pada perut bagian atas, mual dan muntah. Peradangan lokal pada mukosa lambung terjadi ketika mekanisme perlindungan mukosa diatasi dengan penggunaan bakteri atau iritan lainnya.

Gastritis atau terkadang penyakit tukak lambung merupakan penyakit yang sangat mengkhawatirkan. Gastritis biasanya terjadi pada orang yang memiliki kebiasaan makan tidak teratur dan mengonsumsi makanan yang merangsang produksi asam lambung. Diet didefinisikan sebagai kebiasaan atau upaya untuk mengatur jumlah dan jenis makanan yang dimakan dengan keterangan deskriptif yang meliputi pemeliharaan kesehatan, status gizi, pencegahan atau penanggulangan penyakit (Depkes RI 2015).

Penyebab gastritis bukan hanya pola makan, stres juga bisa menyebabkan gastritis. Stres adalah kondisi yang muncul ketika transaksi antara individu dan lingkungan membuat individu merasakan konflik material dan immaterial antara tuntutan situasi dan asal usul sistem biologis, psikologis, dan sosial yang ada di dalam dirinya.

Isi

Gastritis disebabkan oleh produksi asam yang berlebihan. Saat stres, tubuh memproduksi asam lambung lebih banyak dari biasanya dan juga menyerang lapisan lambung atau selaput lendir, yang selanjutnya menimbulkan rasa nyeri yang kita kenal dengan istilah gastritis. Pada saat yang sama, munculnya gastritis menurut pola makan yang didasarkan pada keterlambatan makan, makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks lambung, makan makanan pedas, asam, dan berlemak, yang melemahkan kekuatan dinding dan dapat menyebabkan sakit maag. Sakit perut

Hal ini juga cenderung menurut Rostina Mappagerang, Hasnah (2017) yang mengarah pada korelasi yang signifikan antara tingkat stres dengan pola makan dan kejadian gastritis. Saat tubuh mengalami stres, terjadi perubahan psikologis pada tubuh sebagai respon terhadap stres. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum diketahui bahwa responden yang didiagnosis gastritis mengalami stres di masa lalu.

Stres lebih disebabkan oleh ketidakmampuan terdakwa untuk mengatasi beban kerja yang berat dan tekanan hidup. Sistem tubuh merespon melalui sistem saraf otonom, yang pada gilirannya mempengaruhi fungsi organ tubuh, termasuk saluran pencernaan. Organ. Dalam hal ini, orang yang sibuk bekerja dan tidak memperhatikan pola makannya dapat dengan mudah terserang gastritis. Saat perut kosong, asam lambung memecah lapisan lambung sehingga menyebabkan rasa sakit. Pola makan berdampak besar pada kesehatan organ pencernaan kita. Makan sewaktu-waktu dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama kesehatan saluran cerna, misalnya makan yang tidak teratur dapat menyebabkan gangguan pada lambung.

Kesimpulan

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pola makan dan stres memiliki pengaruh yang besar terhadap munculnya gastritis pada manusia. Gastritis disebabkan oleh produksi asam yang berlebihan saat tubuh memproduksi asam lambung dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya saat stres dan juga menyerang lapisan lambung atau selaput lendir sehingga menimbulkan rasa nyeri yang kita kenal dengan istilah gastritis.

Sementara itu, tergantung kebiasaan makan, efek gastritis adalah karena terlambat makan, makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks lambung, makan makanan pedas, asam, dan berlemak, yang melemahkan kekuatan dinding dan dapat menyebabkan pembentukan asam lambung. ulkus peptikum dan sakit perut. Ketika seseorang sibuk bekerja dan terlalu memikirkan pekerjaan mereka, mereka merasa stres, lupa makan, dan karena makan tidak teratur, hal itu menyebabkan peningkatan asam lambung. Kebutuhan untuk mengikuti diet dalam hidup dan mengelola stres dalam diri untuk melindungi kesehatan seseorang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline