Lihat ke Halaman Asli

Dua Kali Demokrat Lolos Uji

Diperbarui: 4 Juli 2019   01:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Partai Demokrat digoyang lagi. Segelinitir 'orang dalam' kembali coba-coba untuk 'menikam'. Sayang, upaya mereka lagi-lagi terbentuk tembok penghalang yang bernama soliditas para kader. Untuk kedua kalinya, partai berlambang bintang mercy itu berhasil lolos dari ujian.

Usai Pemilu 2019, Demokrat dirundung duka mendalam karena ditinggal Almarhum Ibu Ani Yudhoyono, yang pergi untuk selamanya. Saat kesedihan tengah mendera, sekelompok kecil politikus yang tergabung dalam Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD) menyuarakan Kongres Luar Biasa (KLB). Dalih mereka untuk menyelamatkan dan mengembalikan kejayaan partai ke depan.

Petinggi Demokrat memang tidak terlalu menanggapi riak-riak ini. Tapi para kader, baik di pusat maupun di daerah, berang. Mereka menolak KLB karena merasa tidak ada kepentingan yang memaksa. Mereka menilai Demokrat masih berada pada jalur yang benar di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), meski perolehan suara di Pileg 2019 menurun.

Para kader DPD dan DPC Partai Demokrat seluruh Indonesia juga mengecam sikap GMPPD yang dikomandoi Max Sopacua itu, karena dianggap tidak beretika. Pasalnya, belum genap dua minggu Ibu Ani wafat, mereka sudah bikin kegaduhan. Karena itu, usulan pemecatan bagi para penggagas KLB pun menyeruak.

Inilah wujud soliditas para kader Demokrat. Mereka masih loyal terhadap pimpinan, yang dinilai masih menjalankan roda partai dengan baik dan benar. Wajar jika kemudian usulan KLB itu ditolak mentah-mentah dan dikecam beramai-ramai. Akibatnya, gerakan ini pun layu sebelum berkembang.

Rupanya, kelompok ini belum menyerah. Kali ini mereka muncul kembali dengan nama baru, yaitu Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD). Mereka kembali mengapungkan wacana KLB. Hanya saja kali ini dengan cara yang lebih frontal. Juru Bicara FKPD, Hencky Luntungan, bahkan menyebut SBY telah gagal memimpin Demokrat.

Lagi-lagi, gerakan segelintir politikus senior itu mendapat penolakan keras dari kader Demokrat. Seluruh DPD dan DPC se-Indonesia langsung teriak: Kami bersama SBY. Hencky dan FKPD-nya tak luput dari berbagai kecaman, seperti dilabeli sebagai 'kelompok tak tahu diri' atau 'pencari panggung'.

Penolakan para kader ini cukup beralasan. Di antaranya, mereka menilai SBY masih mampu mempertahankan eksistensi partai ini, meski ia harus mendampingi almarhum Ibu Ani yang sedang sakit waktu kampanye. Kemudian, di bawah komando Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Demokrat kembali menggeliat dengan banyaknya kader-kader muda yang kreatif dan enerjik.

Kendati Demokrat mengalami penurunan suara di Pileg 2019, para kader menilai hal itu sebuah kewajaran. Itu akibat kader Demokrat tidak ikut dalam pilpres, sehingga partai ini tidak meraih efek ekor jas (coattail effect). Faktor yang membuat gagalnya mengusung kader itu, juga sudah diketahui bersama.

Apalagi, mayoritas kader tidak mengenal orang-orang yang mendesak digelarnya KLB ini. Hencky misalnya. Ia tak banyak berkiprah di partai. Terakhir diketahui, ia menjadi caleg Demokrat daerah pemilihan Kalimantan Barat 1. Kabarnya ia gagal melangkah ke Senayan karena hanya meraup suara ribuan.

Jadi orang yang di daerahnya saja tidak dipilih oleh rakyat ini, sudah merasa sangat pantas menggantikan SBY sebagai ketua umum Demokrat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline