Lihat ke Halaman Asli

Resti Mista Aditya

Kuliah S1 Akuntansi

Review Film "Gundala: Kekuatan Super yang Dimiliki Sancaka Setelah Terkena Petir

Diperbarui: 13 Januari 2024   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

  • Judul Film: Gundala
  • Genre: Superhero, Aksi
  • Tanggal Rilis: 29 Agustus 2019
  • Durasi: 123 menit
  • Sutradara: Joko Anwar

"Gundala" adalah film superhero Indonesia yang diadaptasi dari komik klasik karya Harya "Hasmi" Siregar. Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini membawa karakter Gundala Putra Petir ke layar lebar dengan sentuhan modern dan visual yang memukau. Film ini berlatar di kota Bogor yang korup dan penuh kejahatan. Sistem politik dan keamanan telah rusak, memicu maraknya tindak kejahatan dan ketidakadilan di tengah masyarakat.

Cerita film ini mengikuti kehidupan Sancaka (Abimana Aryasatya seorang pemuda biasa yang hidup sederhana sebagai pekerja pabrik. Namun, kehidupannya berubah secara drastis ketika ia tanpa sengaja mendapatkan kekuatan super setelah terkena petir. Dengan kekuatan tersebut, ia memiliki kemampuan fisik yang luar biasa dan menjadi pahlawan yang dikenal sebagai Gundala.Namun, ia awalnya enggan menggunakan kekuatannya untuk kepentingan yang lebih besar. Saat negara terancam oleh organisasi kriminal yang berusaha menguasai pemerintahan, Sancaka terpaksa harus bangkit sebagai Gundala, pahlawan super dengan kekuatan petir, untuk melawan kejahatan. Gundala kemudian berjuang melawan para penjahat dan koruptor yang menghancurkan kota. Ia dihadapkan pada berbagai musuh, termasuk Pengkor, seorang penguasa kejahatan yang kuat dan memiliki pasukan super.

Selama perjalanan Gundala, ia bertemu dengan sejumlah karakter unik dan berkomitmen untuk membersihkan kota dari kejahatan. Pada saat yang sama, Gundala mengeksplorasi asal-usul kekuatannya dan menghadapi dilema moral seputar penggunaan kekuatan super. Ia harus memutuskan cara terbaik untuk menggunakan kekuatannya tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

Salah satu aspek terkuat dari "Gundala" adalah penyutradaraan Joko Anwar yang berhasil menghadirkan nuansa kegelapan dan kematangan dalam cerita superhero Indonesia. Tidak hanya fokus pada adegan aksi, film ini juga menggali sisi psikologis karakter utama, memberikan kedalaman dan kompleksitas yang jarang ditemukan dalam film sejenis.

Abimana Aryasatya memberikan penampilan yang kuat sebagai Sancaka/Gundala. Ia berhasil menangkap kebimbangan dan pertarungan internal karakternya dengan sangat baik. Selain itu, para pemeran pendukung seperti Tara Basro, Bront Palarae, dan Ario Bayu juga memberikan kontribusi yang signifikan untuk membangun dunia "Gundala".

Efek visual dan desain produksi "Gundala" juga patut diacungi jempol. Adegan aksi yang dinamis, kombinasi warna yang kuat, dan efek khusus yang canggih menambah daya tarik visual film ini. Joko Anwar berhasil menciptakan atmosfer yang sesuai dengan esensi komik aslinya, sambil memberikan sentuhan modern yang membuat film ini tetap relevan bagi penonton masa kini.

Meskipun film ini mendapat banyak pujian, beberapa kritikus mungkin menemukan beberapa bagian cerita yang terlalu kompleks atau tergesa-gesa. Namun, hal ini dapat dimaklumi mengingat ambisi "Gundala" sebagai film pembuka bagi Jagat Sinema Bumilangit, sebuah semesta film yang mengadaptasi superhero Indonesia lainnya.

Secara keseluruhan, "Gundala" adalah pencapaian yang mengesankan dalam perfilman Indonesia, terutama dalam genre superhero. Joko Anwar sukses menghadirkan adaptasi yang kuat dan modern, sementara Abimana Aryasatya berhasil membawa karakter Gundala ke dalam dimensi yang lebih dalam. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga membuka pintu bagi potensi besar untuk perkembangan dunia superhero Indonesia di masa mendatang.

Kelebihan dari film ini adalah Film ini mendapat pujian atas kualitas sinematografi dan efek visualnya. Beberapa adegan action dan efek khusus dinilai cukup baik, memberikan tontonan yang menarik. Film ini mengandung pesan-pesan sosial yang dapat diambil, seperti ketidaksetaraan dan keadilan sosial. Ini memberikan dimensi lebih pada cerita. Kekurangan dari film ini adalah kurangnya pengembangan karakter, membuat beberapa tokoh terasa datar. Ini mungkin karena film ini berfokus pada pengenalan dunia Gundala

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline