Dewasa ini berkembang atau muncul penyakit penyakit baru. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sehat. Terutama kebiasaan tentang memilih makanan. Gizi tidak lepas dari yang namannya makanan.
Terdapat beragam jenis pangan, baik nabati maupun hewani mengandung gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia dan dapat membantu menguatkan sistem immune terhadap paparan penyakit.
Kekurangnan atau kelebihan salah satu zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan timbulnya penyakit diakibatkan turunnya sistem kekebalan tubuh dan terdapat gangguan dalam metabolisme alias malnutrisi.
Diketahui saat ini, prola konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sumber pangan hewani masih rendah (Sutrio & Mulyani, 2020). Sumber pangan protein hewani yakni meliputi danging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahan lainnya.
Menurut Hardinsyah dkk, dalam Sutrio & Mulyani (2022), sumbangan protein hewani yang dianjurkan sebesar 25 persen dari total angka kecukupan protein (AKP). Dari angka tersebut, berarti porsi pangan diharapkan lebih banyak dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani yakni sekitar 60%.
A. Fungsi Protein
Protein merupakan zat yang sangat penting bagi setiap organisme serta merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Fungsi protein dalam tubuh ialah sebagai sumber utama energi selain karbohidrat dan lemak, yakni sebagai zat pembangun dan zat pengatur dalam tubuh.
Berdasarkan asalnya protein dapat dibedakan menjadi dua, yakni protein nabati dan protein hewani. Protein nabati ialah protein yang didapat dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kancangan, tahu, tempe, oncom, kedelai dan lain-lain. Sedangkan protein hewani merupakan protein yang berasal dari hewan seperti ikan, daging sapi, ayam, keju, telur, udang, cumi-cumi dan lain-lain.
Menurut Diana dalam Sutrio & Mulyani (2020), susunan amino dalam protein hewani lebih kompleks dari pada susunan amino pada protein nabati. Mutu cerna dalam protein hewani juga tinggi sehingga jumlah yang dapat diserap kedalam tubuh juga tinggi.
Protein ialah salah satu zat gizi yang bisa mempengaruhi keadaan status gizi seseorang. Berdasarkan sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa asupan protein kurang cenderung lebih banyak terjadi pada anak dengan status gizi kategori tidak normal.
Meskipun ada juga yang tingkat asupan proteinnya cukup, namun status gizinya masih tidak normal, dikarenakan untuk mencapai status gizi yang normal tidak hanya cukup proteinnya saja namun harus mendapat asuman zat gizi lain seperti karbohidrat dan lemak.