Lihat ke Halaman Asli

Club 99

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada zaman kerajaan dahulu kala, hidup seorang raja yang sangat berkuasa. Sebagai raja, jelas dia telah memiliki apa saja. Namun mengherankan bahwa hidup tidak pernah membuatnya puas. Dia selalu saja merasa kurang.

Suatu pagi saat raja itu sedang gundah karena ditekan oleh berbagai keinginannya yg belum tercapai, dia mendengar seseorang bernyanyi agak jauh dr tempat kediamannya. Karena penasaran, dihampiri sumber suara itu. dilihatnya seorang pembantu kerajaan sedang membersihkan halaman belakang kerajaan dengan begitu ceria. Dia bernyanyi dan sesekali berlenggak-lenggok seakan menikmati betul pekerjaannya, walaupun hanya sebagai pembantu kerajaan.

Raja heran dan tidak habis pikir. Bagaimana bisa dengan hanya menjadi pembantu tapi dia tampak sangat gembira?

Raja segera kembali kekerajaan dan memanggil patih atau penasihat kerajaan. Patih menghadap dan menanyakan kenapa raja memanggilnya.

Raja diam sejenak, lalu menceritakan kejadian yg baru saja dilihatnya. Raja bercerita seakan-akan di kerajaan itu hanya si pembantu tadilah orang yang paling bahagia. Patih tersenyum, kemudian berucap, "Paduka, pembantu itu belum masuk ke dalam CLUB 99. Sehingga wajar jika dunianya begitu polos dan ceria."

Raja mengernyitkan dahi, "CLUB 99? Apa itu?"

Patih tersenyum, "Hamba akan tunjukkan apa itu CLUB 99. Namun sebelumnya izinkan hamba meminjam 99 koin emas kerajaan."

Raja memberikan 99 koin emas dengan dibungkus kantong uang. Patih menerimanya. Kedua orang itu lalu menuju tempat kediaman si pembantu tadi. Lima puluh meter di depan kediaman si pembantu, patih meminta raja menunggu, sementara dia melangkah ke pintu rumah pembantu tadi dan meletakkan kantong berisi 99 koin emas di depan pintu. Segera dia kembali dan bersembunyi bersama raja sambil memantau kediaman sang pembantu. "Kita tunggu saja, paduka."

Menjelang sore, pembantu tadi pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Sampai di depan pintu, betapa terkejutnya dia mendapati sebuah kantong yg dia sadari itu merupakan kantong uang. Tanpa menoleh kiri-kanan, dia langsung mengambil kantong itu dan membukanya. Kedua matanya seperti hendak melompat keluar ketika menyaksikan ada begitu banyak koin emas di dalam kantong. Tanpa pikir panjang dia mulai menghitung jumlahnya, "Sembilan puluh sembilan?"

Dahinya berkerut. Dan dia mulai berasumsi, "Tidak mungkin cuma ada 99. Pasti ada 100 koin emas di dalam kantong ini." Karena penasaran, dia menghitung lagi dan lagi dan lagi. Hasilnya tetap sama: 99! Karena ditekan oleh perasaan penasaran, dia mulai mencari ke seluruh rumahnya, ke halaman dan bahkan ke atas genting. Tetap tidak ada. Ketidakpuasan menguasai dadanya. "Kalo memang koin yang satu tidak ku temukan, maka aku akan bekerja lebih giat agar dapat mengumpulkan banyak uang dan kemudian menggenapkan isi kantong ini menjadi 100."

Sejak hari itu, si pembantu bekerja lebih giat dari biasanya. Namun ada yg hilang sekarang: dia tidak lagi menikmati pekerjaannya. Jika sebelumnya dia bekerja sambil bernyanyi dan berlenggak-lenggok dengan ceria, kini dia bekerja dengan sangat serius. Bahkan terkadang raut mukanya tampak masam. Isi kepalanya selalu ditodong kalimat: "Genapkan isi kantong menjadi 100 koin emas."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline