Mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini sungguh mengkhawatirkan, bahkan di tingkat Asia Tenggara saja Indonesia tidak mampu bersaing, kita termasuk terendah dari 7 negara di Asia Tenggara. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa masalah dalam sistem pendidikan Indonesia yang mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Seperti contohnya, kelemahan dalam sektor manajemen pendidikan, terjadi kesenjangan sarana dan prasarana pendidikan di daerah kota dan desa, dukungan dari pemerintah yang masih lemah, adanya pola pikir kuno dalam masyarakat, rendahnya kualitas sumber daya pengajar, dan lemahnya standar evaluasi pembelajaran. Beberapa hal di atas lah yang menjadi faktor kualitas pendidikan di Indonesia rendah (Fitri, 2021: 1618).
Kualitas pendidikan sering menjadi isu sentral dan yang sering menjadi sorotan adalah guru atau pendidik, walaupun masih banyak lagi berbagai komponen turut mempengaruhi seperti, kurikulum, peserta didik, dan media pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Guru merupakan aktor utama dalam pelaksanaan proses pembelajaran baik ia sebagai pengajar, pengelola, dan peranan-peranan lain yang diembannya.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri (Hidayat & Abdillah, 2019: 24). Jadi pendidikan adalah suatu proses dimana orang yang tadinya tidak bisa menulis atau membaca menjadi tahu cara menulis dan membaca selain itu pendidikan juga mengajarkan kita untuk berfikir secara rasional atau berfikir dengan akal.
Gaya mengajar adalah sikap atau perilaku mengajar guru dalam proses pembelajaran yang meliputi bahan pelajaran yang digunakan, proses penyampaian materi, peran guru dan peran peserta didik di dalam kelas. Gaya mengajar yang baik yaitu yang disesuaikan dengan mental, kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zaman. Gaya mengajar sendiri bertujuan agar materi yang disampaikan oleh guru dapat mudah dipahami oleh peserta didik. Macam-macam gaya mengajar yaitu, gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar personalisasi, dan gaya mengajar interaksional.
Variasi mengajar adalah Macam-macam bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi yang ditujukan agar peserta didik semangat, tidak bosan, dan membuat suasana kelas menjadi hidup. Adapun indikator variasi gaya mengajar adalah, variasi suara, penekanan, pemberian waktu, kontak pandang, gerakan anggota badan, dan pindah posisi. Variasi mengajar bertujuan agar suasan kelas menjadi hidup, membuat peserta didik bersemangat mengikuti pelajaran, dan agar peserta didik tidak bosan. Apalagi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dimana mata pelajaran ini dianggap membosankan karena guru cenderung hanya menjelaskan atau monoton. Padahal mata pelajaran IPS ini dapat menyenangkan jika guru dapat memvariasikan gaya dalam mengajar, seperti ketika menjelaskan materi IPS guru menggunakan gaya mengajar teknologis (menampilkan video atau PPT) yang dikolaborasikan dengan variasi suara dan kontak pandang.
Hal ini akan lebih menghidupkan suasana kelas daripada guru hanya menjelaskan saja atau monoton. Dimana pada zaman ini teknologi semakin canggih, sehingga guru juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Contohnya seperti menampilkan video maupun PPT terkait materi IPS yang sedang dijelaskan. Selain itu guru juga bisa melakukan kontak pandang ketika sedang menjelaskan materi, dimana ketika guru melakukan kontak pandang kepada semua peserta didik mereka merasa diperhatikan. Kontak pandang secara langsung antara peserta didik dengan guru berpengaruh secara psikologis terhadap diri peserta didik. Menatap mata setiap detik peserta didik dapat membentuk hubungan yang positif, disamping itu tatapan mata yang lembut dan teduh dapat menenangkan peserta didik, dibandingkan jika guru menatap dengan tatapan yang sinis atau tajam. Tatapan yang tajam bisa menyebabkan anak didik merasa bahwa guru tidak menyukai perbuatan anak tersebut hal ini justru akan membuat peserta didik menjadi takut.
Dan masih banyak lagi gaya mengajar maupun variasi mengajar yang bisa digunakan oleh guru IPS agar suasana kelas menjadi lebih hidup. Dengan demikian peserta didik dapat menyerap apa yang telah diajarkan oleh guru dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan potensinya. Selain itu dengan variasi gaya mengajar, peserta didik akan lebih semangat, terpacu, dan terdorong untuk belajar terutama pada pelajaran IPS tanpa merasa terpaksa untuk melakukannya.
Saran yang dapat saya berikan kepada guru IPS yaitu, hendaknya pendidik lebih meningkatkan gaya mengajar dan variasi mengajar, hal ini di tujukan agar peserta didik lebih maksimal dalam mencapai tujuannya. Selain itu guru juga dapat mengikuti kegiatan seperti workshop yang berkaitan dengan variasi gaya mengajar seorang guru, hal ini bertujuan agar guru dapat menciptakan suasana kelas yang lebih hidup dan tidak membosankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H