Apa yang terjadi di Lod atau Al-Lydd dalam bahasa Arab, yang pada sebelum tahun 1948 merupakan sebuah kota berpenduduk mayoritas orang Arab, adalah tipikal dari banyak kota campuran di Israel. Wilayah yang berjarak hanya 40 kilometer dari zona pertempuran para pejuang Palestina melawan tentara Israel di jalur Gaza tersebut, sebagaimana dilansir The Independent, kini dilanda perpecahan yang memicu rentetan aksi kekerasan antar warganya dimana kubu komunitas Arab berhadapan dengan kubu Yahudi.
Gelombang kekerasan berupa pertikaian fisik antar kedua kubu memuncak pada Senin (10/5) lalu telah menewaskan warga komunitas Arab bernama Mussa (31) dan dua orang Yahudi ditangkap sebagai tersangka pembunuhnya.
Di sisi lain kota, ketika suhu permusuhan melonjak, warga Arab mulai melemparkan batu ke mobil warga Yahudi yang lewat. Aksi yang dengan cepat berkobar menjadi pertempuran jalanan skala penuh dimana sekelompok orang bersenjatakan tongkat dan molotov melemparkan batu di tengah tembakan gas air mata, granat kejut dan peluru karet dari polisi.
Saat berkendara di sekitar Lod tampak kobaran api di jalan-jalan yang sebagian diblokir menggunakan tempat sampah atau mobil terbalik yang terbakar.
"Ini terasa seperti perang saudara," kata Ayoub Hassuna (27) saudara Mussa yang mati ditembak oleh, kemungkinan besar, penduduk Yahudi itu,"Saya ingin keadilan untuk saudara saya tapi bagaimana caranya? Kami merasa seperti hidup di hutan. Kami tidak tahu siapa yang melawan kami atau mendukung kami di sini. "
Pusaran kekerasan terus berlanjut dan pada Rabu (12/5) lalu, tiga lelaki Yahudi menjadi korban, seorang menderita luka tembak serius dan dua lainnya mengalami luka ringan akibat penusukan.
Pemerintah Israel, sebagaimana dirilis The Independent, akhirnya mengumumkan kondisi darurat di kota yang berpenduduk hampir 80.000 jiwa itu, 500 penjaga polisi perbatasan tambahan dikerahkan dan jam malam diberlakukan.
Namun Lod bukanlah satu-satunya kota dengan kondisi chaos. Presiden Israel Reuven Rivlin telah memperingatkan tentang kemungkinan terjadinya perang saudara dan mengimbau semua pihak untuk "tolong hentikan kegilaan ini", sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan minggu ini bahwa sumber daya militer yang penting dapat dialihkan untuk memadamkan kerusuhan di kota-kota Israel padahal tentara Israel sendiri tengah sibuk menyusun rencana untuk invasi darat potensial ke Gaza (The Independent, 15 Mei 2021).
Ketegangan mencapai titik didih di negeri itu selama akhir pekan setelah pasukan Israel berulang kali menyerbu masjid al-Aqsa Yerusalem, yang merupakan situs tersuci ketiga umat Islam. Mereka bersenjatakan granat kejut dan gas air mata yang dibalas para demonstran Palestina dengan lemparan batu dan botol.
Baku tembak lintas batas antara Hamas dan Israel, yang meletus tak lama kemudian, hanyalah bahan bakar di atas api yang akhirnya membesar berkobar melanda seluruh wilayah.
Di kota-kota campuran yang dihuni oleh warga Arab dan Yahudi Israel, termasuk Jaffa, Acre, dan Haifa; kemarahan dan keputusasaan meluas menjadi pertempuran jalanan terbuka, penusukan, dan penembakan dalam siklus kekerasan yang menyedihkan.