Posisi yang diambil Amerika Serikat (AS) dalam berinteraksi dengan dua pemerintahan China memang terbilang cukup unik karena di satu sisi pemerintahannya secara resmi mengakui alias menerima kebijakan 'satu China' milik Beijing namun di sisi lain secara hukum di bawah undang-undang Taiwan Relations Act 1979, Washington terikat untuk memasok senjata untuk mempertahankan kedaulatan wilayah pada Taiwan yang notabene adalah 'China kedua'.
Presiden Joe Biden sepertinya mengambil langkah yang lebih terbuka dibanding para presiden AS sebelumnya dalam urusan Beijing-Taipei ini, akibatnya pejabat China pun pada Selasa (13/4) lalu memperingatkan AS untuk berhenti 'bermain api' dengan Taiwan (Fox News, 14 April 2021).
"Tidak ada ruang untuk kompromi dan tidak ada satu inci pun kelonggaran (terkait kebijakan satu China."Kata juru bicara China Zhao Lijian pada para wartawan,"Kami mendesak pihak AS untuk memahami situasinya, dengan sungguh-sungguh mematuhi prinsip satu China dan tiga komunike bersama China-AS, menahan diri dari bermain api, segera menghentikan kontak resmi dengan Taiwan dalam bentuk apa pun."
Juru bicara itu, sebagaimana dirilis Fox News, memperingatkan AS agar tidak mengirimkan 'sinyal yang salah kepada 'pasukan kemerdekaan' Taiwan yang bisa mempengaruhi secara subversif serta bisa merusak hubungan China-AS, perdamaian, dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan.'
Kegusaran China dipicu oleh terbitnya pedoman baru seputar 'liberalisasi' hubungan AS-Taiwan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) AS pada Jumat (9/4) lalu dimana di dalamnya berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh AS untuk memperluas dan memperdalam hubungan tidak resminya dengan Taiwan.
"Dukungan kami untuk Taiwan sangat kuat."Kata juru bicara Deplu AS pada Fox News, "Kami berkomitmen untuk memperdalam hubungan kami dengan Taiwan yang merupakan negara demokrasi terkemuka serta mitra ekonomi dan keamanan yang kritis."
Langkah pejabat pemerintah AS itu dilakukan ketika China telah meningkatkan tindakan militer di sekitar pulau tempat Taiwan berada. China, sebagaimana dilaporkan Reuters, telah bertindak melampaui batas dengan terus mengirim pesawat dan jet ke zona identifikasi pertahanan udaraTaiwan sehingga mendorong Angkatan Laut AS untuk mengirim kapal perusak berpeluru kendali ke Selat Taiwan pekan lalu untuk 'transit rutin'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H