Lihat ke Halaman Asli

WAHYUNI SU

Penulis buku, jurnalis web, penerjemah ('translator'), editor ... masih terus belajar tentang segala sesuatu

55 Tahun Mahawarman dan Jejak Patriotisme Masyarakat Kampus

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14026563551665259258

Pada hari ini 55 tahun silam, tepatnya tanggal 13 Juni 1959, dalam sebuah upacara defile militer yang melibatkan Batalyon Wajib Latih Mahasiswa (Wala) berkekuatan 960 personil yang berasal dari tiga perguruan tinggi terkemuka di Jawa Barat; yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, dan Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung; Jendral AH Nasution membuka secara resmi pelatihan kemiliteran taktis sekaligus menganugerahkan nama Mahawarman pada batalyon yang merupakan cikal bakal Resimen Mahasiswa (Menwa) Indonesia itu.

Setelah menjalani latihan kemiliteran taktis selama tiga bulan di bawah pengarahan para instruktur berpengalaman dari Kodam VI/ Siliwangi, para perintis Menwa ini membuktikan kesadaran bela negara mereka dengan terjun langsung mempertaruhkan nyawa  saat mendukung TNI menghadapi gempuran berbagai kelompok separatis, merebut kembali Irian Barat dari cengkraman kolonialis Belanda dalam Operasi Mandala Trikora (1962-1963), dan konflik bersenjata melawan Malaysia dalam Operasi Dwikora ( sekitar 1963- 1964). Ini bukan klaim kosong karena fakta memperlihatkan bahwa hingga tanggal 20 Mei 1971, sebanyak 802 (delapan ratus dua) orang anggota Menwa memperoleh anugerah “Satya Lencana Penegak” dan beberapa memperoleh anugerah “Satya Lencana Dwikora”. Pada 1965-1966 Menwa pun ditugaskan untuk, sebagai pendukung TNI, turut meredam kekacauan akibat Gerakan 30 September (G30S) yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kiprah Menwa juga terus berlanjut dengan mewakili Indonesia menjadi anggota Pasukan Perdamaian PBB ke Timur Tengah (1978) dan menjalani tugas teritorial dalam meredam gejolak saat proses pemisahan Timor Timur dari Indonesia di era Presiden Habibie serta berpartisipasi aktif dalam pembinaan berkesinambungan masyarakat di wilayah bekas arena konflik sesudah referendum dilaksanakan.

Perjalanan usia yang genap menginjak 55 tahun pada 13 Juni 2014 ini ditandai dengan semakin bergairahnya kaderisasi yang terlihat dari peningkatan signifikan jumlah siswa pendidikan dan latihan dasar di berbagai batalyon Menwa Mahawarman berkat dukungan penuh para senior, termasuk alumni Wala 59, yang prihatin melihat meredupnya kepedulian bela negara di kalangan generasi muda saat ini.

[caption id="attachment_342456" align="aligncenter" width="522" caption="Sesaat setelah menerima tunggul Tentara Pelajar ( dok Mahawarwan/WCD)"][/caption]

Namun perlu dicatat pula mengemukanya berbagai tantangan aktual yang harus dijawab secara efektif dan efisien oleh institusi Menwa tertua di Indonesia itu. Misalnya,  status hukum Markas Komando Mahawarman di jalan Surapati 29 Bandung yang hingga saat ini masih bergulir di ranah pengadilan. Tantangan lain yang bersifat evergreen bagi Resimen Mahawarman yang membawahi 12 Batalyon Menwa di Jawa Barat itu adalah bagaimana menyatukan kembali segenap Satmenwa,khususnya di Jawa Barat, dan umumnya seluruh Indonesia untuk terus menerus merevitalisasi visi-misi organisasi dengan tetap berpedoman pada  khittah institusi Menwa yang telah dicanangkan pada Musyawarah Kerja Menwa Mahawarman ke-1 pada 12-20 September 1966, yakni Panca Dharma Satya (PDS).

PDS merupakan karakter dasar keberadaan Menwa di Indonesia yang secara politis bukan sebagaivote getter(pengumpul suara, -pen.) bagi parpol manapun namun lebih sebagai penyampai aspirasi bangsa pada mereka yang kelak terpilih mendapat amanah kepemimpinan agar menyusun kebijakan-kebijakan yang pro kemaslahatan bangsa demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini sejalan pula dengan semboyan MenwaWidya Castrena Dharma Siddha(Menyempurnakan pengabdian pada bangsa dan negara dengan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan, -pen.).

Semboyan berakronim WCDS itu diresmikan sebagai motto Menwa olehDephankam-Pusat Cadangan Nasional, saat itudiketuai oleh Letjen Julius Hinuhili, pada 1979 sekaligus menyeragamkan pula warna baret Menwa yang semula biru tua menjadi Baret Ungu yang merupakan warna baret Tentara Pelajar (TP) di era Perang Kemerdekaan 1945.

Semboyan itu pula yang melatarbelakangi keputusan para Veteran Tentara Pelajar (TP) untuk menyerahkan dhuaja (umbul-umbul kehormatan, -pen) Tentara Pelajar pada Resimen Mahawarman sebagai simbolisasi pewarisan nilai-nilai patriotisme dari para pejuang pendahulu tersebut pada generasi penerus mereka yang juga berlatar-belakang sebagai ‘pelajar’, yakni Menwa. Upacara penyerahan dhuaja TP oleh Sekjen Veteran TRIP/TP Comodor (Purn) A Andoko mewakili sesepuh veteran TRIP/TP, Solichin GP, berlangsung di Tugu Proklamasi Jakarta pada 2 Juni 2013 sesuai Tata Upacara Militer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline