Aneksasi Crimea yang dilakukan oleh Federasi Rusia merupakan peristiwa geopolitik di wilayah keseluruhan semenanjung Crimea yang terjadi pada tahun 2014. Semenanjung Krimea adalah sebuah daratan di bagian selatan Ukraina dengan luas sekitar 26.100 km2 yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh Laut Hitam dan Laut Azov. Banyak negara di dunia menentangnya dan menyebutnya sebagai aneksasi atau pengambilan dengan paksa atau pencaplokan wilayah Crimea. Namun demikian, Rusia tetap melakukan tindakan aneksasi kepada Crimea karena berbagai kepentingan yang dimiliki Rusia di Crimea. Apalagi, Crimea memiliki kota pelabuhan yang bernama Sevastopol yang merupakan tempat armada laut hitam Rusia terbesar dan menjadi poros penting dalam menjaga stabilitas kawasan Rusia.
Mengkaji studi kasus ini dari berbagai prespektif yang ada dalam Teori HI, tentang Mengapa Rusia melakukannya?
•Prespektif Neorealisme
Neoralisme berpandangan bahwa dalam struktur yang anarkis dan dihadapkan dengan kebutuhan untuk mempertahankan survivalitas negara, maka harus ada lebih dari aktor superpower.Invasi Rusia atas Crimea (2014) dilatarbelakangi karena adanya perimbangan kekuatan (balance of power) di kawasan Eropa Timur antara koalisi barat (As, Ue, Ukraina) dan Rusia. Tindakan ini didasari oleh ketidak berimbangan (Imbalance of power) terhadap kekuasaan sehingga memotivasi Rusia untuk mengambil alih wilayah Crimea, untuk mengembangkan perimbangan kekuatan di kawasannya. Tujuannya adalah untuk membentuk keseimbangan kekuatan (balance of power).
•Prespektif Ofensif
Realisme ofensif berpendapat bahwa negara seharusnya memaksimalkan kemampuannya dan bila saatnya tepat, mengejar posisi hegemonis.
Invasi Rusia atas Crimea jika dilihat dari prespektif realisme ofensif, dapat memicu sebuah argumen yang mengatakan bahwa invasi terjadi disebabkan oleh ambisius Rusia yang ingin menjadi hegemoni regional di kawasan Eropa Timur. Berdasarkan prinsip tersebut, semua negara dalam pandangan realisme ofensif akan berlomba-lomba memaksimalkan kekuatan untuk menjamin survivalitas negaranya.
•Prespektif Realisme Defensif
Berbeda dengan teori realisme ofensif, secara umum realisme defensif menyatakan bahwa sistem internasional memang memberi ruang kepada negara untuk melakukan perilaku agresif. Teori ini berpendapat bahwa pendorong terjadinya invasi karena Rusia merasa faktor keamanan nasional nya terancam oleh kebijakan Ukraina yang condong pro-Barat. Dalam asumsi realisme defensif, kondisi sistem yang anarkis memberi ruang bagi negara-negara superpower untuk meningkatkan keamanannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H