Lihat ke Halaman Asli

Resi Aji Mada

Tulisan pribadi

Klaim Menang Karena Tahu Kalah

Diperbarui: 7 November 2020   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh cottonbro dari Pexels

Mata dunia beberapa hari ini sedang tertuju kepada agenda politik empat tahunan yang ada di Amerika Serikat. Agenda pemilu yang menentukan pemimpin negara  ini untuk masa jabatan 4 tahun kedepan sedang berlangsung. 

Tidak heran mata dunia terfokus karena pengaruh negara adidaya ini memang sangat besar kepada banyak negara di dunia, tak lepas juga Indonesia. Dengan fakta ini, wajar setiap pemerintahan, politisi dan pengamat politik di berbagai belahan dunia menunggu dan harap-harap cemas akan hasil akhir dari pemilihan umum kali ini. 

Tiap calon presiden yang nantinya terpilih tentu saja akan membawa dampak yang berbeda satu sama lain, hal ini yang sedang ditunggu dan dicemaskan banyak pihak.

Banyak pengamat politik berlomba-lomba untuk mencoba menerka-nerka dengan perhitungan masing-masing siapa yang akan memenangkan pemilu kali ini. Tak lupa ada pula pengamat yang menyoroti proses yang terjadi beserta dampak-dampaknya kepada warga Amerika, termasuk dampak kepada negara lain.

Dari banyaknya pandangan pengamat, ada yang memberikan pandangan menarik bahwa proses dan dinamika yang terjadi dalam pemilu di Amerika kali ini sama seperti yang terjadi di Indonesia setahun yang lalu. Yang lebih menarik lagi pandangan ini tidak muncul hanya dari pengamat politik di Indonesia ini, tetapi dari luar juga. 

Salah satu kejadian pemilu Amerika yang membuat ingatan kembali terhadap dinamika pemilu di Indonesia adalah ketika salah satu kandidat, Donald Trump menyatakan klaim kemenangan sebelum penghitungan selesai dan hasil resmi disampaikan. Bedanya, klaim menang pemilu di Indonesia yang dulu dilakukan oleh Prabowo Subianto berakhir dengan kekalahan bahkan setelah menggugat lewat Mahkamah Konstitusi. Sedangkan sampai tulisan ini dibuat, belum ada hasil resmi pemilu di Amerika apakah klaim Trump sesuai dengan hasil resmi. 

Terlepas dari hasil pemilu di dua negara ini, penulis lebih tertarik untuk menelisik tentang klaimnya, apa kira-kira maksud dibalik munculnya klaim kemenangan yang terlalu dini ini. Bahasan kali ini berangkat dari asumsi penulis bahwa klaim kemenangan dibuat karena pihak yang bersangkutan merasa atau malah sudah tahu akan kalah. 

Masa iya sudah tahu akan kalah malah bikin klaim kemenangan? Tentu ada tujuan dan alasannya. Mari kita lihat argumentasi mengenai asumsi yang penulis sampaikan.

Alasan pertama kenapa penulis berasumsi klaim kemenangan datang dari pihak yang merasa kalah adalah karena logika sederhana bahwa psikologis pihak yang tahu akan kalah pasti merasa tidak tenang dan berusaha mencari cara bagaimana bisa merubah keadaan. Sedangkan pihak yang tahu akan menang biasanya relatif lebih tenang menunggu hasil. 

Ketika ada pertanyaan darimana tahu akan kalah atau menang, tentu dalam setiap tim pemenangan memiliki bagian atau divisi yang menyajikan data secara cepat terkait kondisi terkini hasil olahan data dari pantauan saksi-saksi terkait yang tersebar di banyak wilayah. 

Klaim kemenangan (ditambah sujud syukur) yang dilakukan oleh capres Prabowo setahun yang lalu pun misalnya, penulis merasa pada kondisi yang sama. Walau tim sukses pak Prabowo waktu itu membagikan data kepada masyarakat tentang calonnya yang lebih unggul, penulis yakin ada data berbeda yang menunjukkan kondisi sebaliknya, cuman data itu hanya beredar di kalangan sendiri, itupun mungkin terbatas dikalangan petinggi, bukan akar rumput. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline