Setelah minyak goreng yang beraksi, kini ganti bensin yang beraksi. Pertamax, Solar, dan Pertalite naik rata-rata sekitar 30% an. Meroketnya harga BBM atau Bahan Bakar Minyak selalu menuai pro dan kontra baik dari kalangan publik maupun kalangan pemerintah.
Sebenarnya harga BBM mengikuti harga minyak dunia, namun sejak zaman kemerdekaan, Indonesia di subsidi oleh pemerintah sehingga warga Indonesia belum terbiasa dan untuk bbm bersubsidi harusnya di alokasikan kepada yang membutuhkan. Karena harga BBM naik, maka harga kebutuhan pokok pun naik.
Beberapa hari yang lalu sejak di umumkannya bahwa harga bbm naik, para mahasiswa yang tergabung dalam BEM di seluruh Indonesia melakukan unjuk rasa di depan gedung DPR menuntut untuk menurunkan harga BBM.
Mereka menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap kenaikan harga BBM yang dinilai merugikan banyak pihak terutama masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang bergantung pada BBM seperti contohnya ojek online dan supir angkutan umum.
Alasan pemerintah menaikan harga BBM karena 70% BBM bersubsidi banyak dinikmati oleh pemilik mobil pribadi dan orang mampu yang seharusnya ditujukan untuk orang yang kurang mampu serta APBN yang tidak lagi kuat menahan subsidi. Selain itu, karena harga BBM tidak hanya naik di negara Indonesia saja melainkan di seluruh dunia. Harga BBM terbaru pada hari Sabtu tanggal 3 September 2022 adalah seperti yang tertera pada gambar (dibawah headline) diatas.
Selama ini, harga BBM yang kita gunakan sehari-hari adalah bukan harga BBM yang sebenarnya karena pemerintah memberikan subsidi sebab harga aslinya jauh diatas harga yang tertera. Terlebih lagi saat ini Indonesia bukan lagi sebagai negara pengekspor minyak tapi pengimpor minyak yang berarti konsumsi kita terhadap BBM lebih tinggi daripada produksinya.
Subsidi tersebut diperoleh dari menambah hutang negara atau menaikkan pajak. BBM adalah bahan yang tidak dapat diperbarui, hal tersebutlah yang menjadikan BBM mahal dan harganya naik turun sesuai harga pasarannya. Namun sayangnya subsidi pemerintah tidak tepat sasaran.
Pak Jokowi membandingkan harga BBM Indonesia dengan luar negeri, contohnya Jerman dan Singapura yang mencapai Rp31.000,00/liter dan di Thailand seharga Rp20.000,00/liter sementara Indonesia hanya Rp7.650,00/liter yang artinya kalau harga di luar negeri naik, kita harus bayar subsidi lebih banyak. Ada juga yang berpendapat kalau harga BBM tidak naik akan menambah utang negara dan berimbas pada anak cucu nantinya.
Di satu sisi banyak masyarakat yang untuk makan saja susah, tapi di sisi lain banyak juga crazy rich bertebaran di berbagai daerah. Hal ini mengingatkan kita pada negara Korea Selatan yang pada saat terjadi inflasi, para orang kaya rela menyumbangkan emas mereka untuk menekan inflasi negara mereka. Kita patutnya meniru untuk saling membantu satu sama lain.
Disisi lain, menurut mereka yang tidak setuju dengan naiknya harga BBM adalah karena yang miskin akan tambah miskin. Seperti contohnya nelayan yang mencari ikan di laut yang perahunya berbahan bakar Solar. Dengan mahalnya harga Solar, nelayan seperti mereka akan gulung tikar karena biaya yang dibutuhkan untuk sekali melaut lebih besar daripada pendapatan yang mereka dapatkan saat menangkap ikan. Belum lagi jika Solarnya sulit didapat, dan jika memang ada, mereka dapat dari tengkulak yang harganya sudah jelas lebih tinggi daripada beli di pom bensin. Meski harga terbaru BBM selisihnya tidak banyak, menurut mereka seribu rupiah saja teramat penting untuk kehidupan mereka.