Lihat ke Halaman Asli

Resha Latifah

Bukan ibu ibu komplek

Liliwetan adalah Kebiasaan Menjelang Ramadan

Diperbarui: 18 Mei 2020   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Asalammualikum sadayanan kumaha kabarnya dinteun ieu? mugia damang sadaya nya.

Hai Saya Resha Asli PAmeungpeuk Garut, Jawa Barat. Menjelang Puasa bisanya masyarakat melakukan ritual ini masing masing dirumah, dibilanf ritual juga bisa enggak karena setiap hari pun malah ada yang melakukan ini. Yakni keramas, orang kampung syaa biasanya berujar kuramasan, Kegiatan Keramas sebelum Ramadhan adalah simbol penyucian diri dan pemberihan hati agar bebas dari kuman kuman jahat yang menjadikan kita insan yang tidak beriman. mudahnya menyucikan hati dan raga.

Setelah kegiatan kuramasan bisanya akan dilakukan munggahan yang kalau saya rasa akan jatuh sehari seblum dan saat tanggal 1 Ramadhannya. Kegiatan ini biasanya ada yang pulang kampung untuk melakukannya bersama sama. Biasanya dilakukan dengan kegiatan syukuran, makan-makan bersama keluarga,Biasanya sih pakai daging kalau ada rejeki tapi kalau tidak ada pais tahu juga mantap. hitung-hitung makan terakhir siang hari besok mau puasa, atau hari pertama puasanya dibuka dengan buka bersama keluarga inti dengan penuh keberkahan dapat berbagi buka bersama sama.

Kadang kala di kampung warga ramai ramai melakukan mungghan Ramadhan dengan meriah dan digelarnya acara Liliwetan yang ramai, gak sampai satu desa sih hanya paling lingkungan Rt. Ini juga sebagai bentuk bersama sama menyambut Bulan Suci Ramadhan yang penuh Ampunan dan keberkahan.

Melalui acara liliweutan ini terdapat banyak hal positif yang bisa diambil. Di antaranya memiliki makna kebersamaan, kekompakan warga , dan kerja sama karena proses memasaknya dilakukan bersama dengan pembagian tugas yang adil inshaAllah. Juga tuut serta menjaga jalinan silaturahmi antara sesama warga masyarakat di lingkungan sekitar. 

Melakukan Ziarah ke kuburan keluarga dan handaitaulan juga biasa dilakukan menjelang puasa. Sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Tapi biasanya tiap jumat pagi di hari hari biasa keluarga saya selalu melakukan ziarah kubur tapi memang paling ramai saat munggah puasa ini.

Hanya karena Pandemi yang sedang menghamtam negeri ini dan dunia menjadikan prosesi ini tidak benar benar dapat dilakukan terutama seperti saya yang di pernatuan. Jadi acara munggahan dilakukan hanya saya dna keluarga kami yang dekat dekat saja. tidak ada keriuhan berarti tahun ini. Sedih sih tidak bisa melakukan hal hal menyambut bualn suci seperti biasa tapi agar kita bisa sama sama bangkit tentu kita mesti ikuti intruksi pemerintah dengan dirumah aja dan hanya pergi bekerja saja jika memang tempat kerja masih beroperasi normal.

Semoga tahun depan acara munggahan dan liliwetannya dapat terlaksana lagi dengan keadaan "New Normal" dengan selalu mengedepankan aspek keselamatan dan kebersiahan bersama demi tercapainya Indonesia Sehat bebas Covid19 juga penyakit menular berbahaya lainnya.

Yuk sama sama saling menguatkan dan mendoakan, siapapun kita pekerjaan kita semoga yang kota lakukan adalah hal hal baik dan terus menyemarakan dan menghidupkan kebaikan disekitar kita. Tetap semanagt ya Genks Ibu ibu, Genks Bapak baka dna Genks Genks penyebar kebaikan lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline