Lihat ke Halaman Asli

Ayo... Lawan Tomcat dengan Cuco!

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara kita oleh banyak pakar, rawan oleh berbagai bencana. Namun bencana yang dimaksud adalah bencana geologis. Fakta berbeda, dalam dua tahun terakhir, di beberapa daerah, masyarakat sibuk oleh bencara dari serangan serangga. Jika tahun 2011 sebagian daerah utamanya di pulau Jawa, heboh oleh ulat bulu, tapi sekarang bencana datang dari serangga Paederus Fuscipes, nama lain dari Tomcat.

“Data dinamika populasi serangga di Indonesia sangat minim. Kalau di negara maju, mereka punya data jelas, dalam dinamika populasi jangka panjang, serangga selalu memiliki periode outbreak. Adanya outbreak terkait dengan jejaring makanan yang kompleks serta kondisi lingkungan, outbreak Tomcat ini menandai kalau program studi hama dan proteksi tanaman itu masih diperlukan. Saat ini, yang punya hanya Universitas Gadjah Mada dan Institut Pertanian Bogor, seharusnya walaupun minim peminat tetap dipertahankan. Kalau dihapus alasannya harus karena tidak diperlukan, bukan karena peminat sedikit, serangan ulat bulu dan Tomcat menjadi momen untuk mengenalkan serangga dan perannya kepada masyarakat, termasuk anak-anak”. Masyarakat diajak memahami bahwa mereka pun harus hidup berdampingan dengan serangga. Jika manusia mengganggu, serangan Tomcat adalah hal yang wajar, sama halnya dengan serangan gajah, harimau dan monyet ekor panjang. Demikian beberapa ungkapan pakar serangga (setelah bencana datang), yang saya kutip dari berbagai sumber.

Saya teringat kenangan dikampung saya, semasa kecil ketika saya rajin ke sawah bersama teman-teman meski hanya sekedar jalan-jalan, atau memungut mangga saat musimnya. Bagi kami, lintah, tomcat, jangkrik dan serangga lain justru menjadi “mainan” kami. Tidak pernah terpikir apalagi takut dengan serangga-serangga tersebut. Mungkin yang dikatakan pakar di atas ada benarnya atau kami tahu cara pengobatannya. Wuih...

Nah untuk yang kedua ini, saya ingin berbagi tapi berdasarkan pengalaman saja, khususnya menghadapi “serangan” Tomcat. Caranya sederhana: (1) jika suatu saat anda terkena, dihinggapi tomcat, jangan buat dia kaget, usir/jauhkan saja secara pelan. Terkadang jika kita mengusirnya dengan tidak benar, justru membuat dia mengeluarkan racunnya. (2) jika racunnya terlanjur keluar dan mengenai kulit kita, jangan sama sekali digosok, karena hal itulah yang akan membuat kulit kita melepuh. (3) ini pamungkasnya...hehehe, jika racunnya keluar dan mengenai kulit kita, obatnya adalah keong sungai, kalau di kampung saya namanya CUCO, nama yang lucu. Keong sungai yang saya maksud adalah cirinya berwarna hitam, dan bagi sebagian orang dapat dikonsumsi. Ambil CUCO, dan gosokkan di tempat yang terkena racun Tomcat, dan lihat apa yang terjadi...hehehe

Trik tersebut tentunya belum diteliti ke-ilmiahannya, terutama untuk poin ke-3. Tapi itulah pengalaman saya dan teman-teman saya. Bisa dicoba, bisa juga tidak. Kalau berhasil, kayaknya pemerintah harus mengumpulkan CUKONG-CUKONG, eh CUCO-CUCO yang ada kemudian menjadikannya sebagai vaksin, salep, tablet, dan dijual mahal...ups !!!

Semoga bermanfaat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline