Lihat ke Halaman Asli

Re Pu San

Motivator

Ketaatan Membuka Pintu Surgawi

Diperbarui: 17 September 2021   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bacaan 1 Raja-Raja 17:7-16

7  Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
8  Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9  "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
10  Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
11  Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
12  Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
13  Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14  Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15  Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16  Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Pendahuluan: 

Allah memberikan penyataan kepada Elia (orang Tisbe, dari Tisbe-gilead) bahwa "sesungguhnya tidak akan embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan (1 Raj 17:1) Allah menjaga kelangsungan hidup nabi Elia dengan cara "pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah Timur Sungai Yordan. 

Engakau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana (1 Raj 17:3-4) pada ayat 1 Raj 17:5 mencatat bahwa "lalu ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan" Elia sangat taat kepada Allah dengan mengikuti semua petunjuk dari Allah. dan semua yang sudah disampaikan Allah benar-benar terjadi. 

Ini sangat tidak masuk akal manusia karena burung-burung gagak biasaya memakan daging, telur rebus, buah-buahan, kacang, voer tetapi dalam cerita di atas burung gagak membawa roti untuk nabi Elia.  

Dikisahkan pada saat itu terjadi musibah kekeringan yang berkepanjangan, tentunya tidak ada hujan turunbahkan embun tidak, menyebakan sungai kering. Peristiwa ini tidak hanya di alami oleh Nabi Elia, jika saja sungai menjadi kering maka semua ekositem menjadi tidak beraturan, suasana menjadi panas, tandah menjadi tandus/kering, pohon dan tanaman menjadi layu bahkan kering, semua binatang yang biasa bisa minum di sungai menjadi kehausan, bahkan mengalami kurus dan bisa mengalami kematian.   

itulah situasi yang di alami oleh Elia dan pendudk di sekitar sungai Yordan. Kekeringan, kepanasan, bahkan kekurangan makanan karena tidak bisa menanam atau mengolah tanah.  

Latar belakang janda di Sarfat ini, ia hanya mempunyai segenggam roti dan sedikit minyak, ia harus bertanggung jawab memberikan makanan terhadap anak perempuan satu-satunya. Pada waktu itu sedang terjadi musim kering tiga tahun enam bulan (Yak 5:17). Ini situasi yang sangat pelik dan tidak bisa berbuat apa-apa. 

Bahkan sungai yang biasa Nabi Elia meminumnya sudah menjadi kering. Suatu kondisi yang tidak memungkin bagi janda di Sarfat untuk bertahan hidup, suatu keadaan yang memilukan karena sedang terjadi musim kemarau yang berkepanjangan sehingga ia hanya mempunyai "segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. "... sesudah memakannya, kami akan mati". (1 Raj17:12)

Tetapi ketaatnya kepada Hamba Allah yang bernama Elia, maka ia mengolah tepung yang segenggam itu dan minyak yang sedikit itu juga dan memberikan kepada Elia sepotong roti bundar kecil.  Kemudian ia membuat bagi dirinya dan anak perempuannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline