"Rangsanglah daku sampai puncak orgasme, kekasihku! Biarkanlah kukandung benihmu. Biarkanlah anak-anak kita lahir dari rahimku."
Demikian jeritku malam tadi kepada "kekasih idaman pertama", buku pertama. Demikian pula yang hendak aku bisikkan kepada para "kekasih idaman lain", buku-buku idaman lainnya. (Apa saja buku idamanku saat ini, di bawah nanti kucantumkan daftarnya.)
Sungguh. Begitulah luapan jiwaku sejak menerima ilham dari buku pertama itu. Ilham ini aku terima ketika menyimak kata-kata romantisnya bahwa "... 'meromantiskan' dunia adalah membuat ruang bagi yang-baru. ... Yang-baru tersebut bukan sesuatu yang 'semau gue', melainkan sesuatu yang kita 'biarkan' terjadi." (Nikolas Kompridis (ed.), Philosophical Romanticism (Oxon & New York: Routledge, 2006), hlm. 4)
Walau sudah puluhan tahun aku menjadi pencinta buku, baru sejak menggauli filsafat romantis kontemporer itulah aku mulai belajar menjadi pembaca yang romantis-reproduksionis. Baru kusadari bahwa dengan buku-buku pun, yang paling mengasyikkan dalam hidupku adalah berhubungan intim dengan sepenuh cinta. Kalau bisa, sampai "orgasme". Apalagi kalau berhasil "hamil" dan "melahirkan anak". WOW!
[caption id="" align="alignright" width="250" caption="sumber: gaulibuku.wordpress.com"][/caption]Jika hubungan seksual dengan manusia akan melahirkan anak, maka hubungan intim yang romantis dengan buku bisa berbuah apa? Minimalnya, ide baru. Maksimalnya? Entahlah. Hidup baru, 'kali ya?
Eh, mungkin saja buahnya bukan hanya ide dan hidup baru yang ideal. Yang praktis dan realistis pun dapat kita hasilkan, termasuk yang berupa tulisan baru. Malah, membaca secara romantis-reproduksionis itu bisa menjadikan kita "penulis baru" setiap saat!
Tulisan-tulisan kita yang baru itu bisa kita tuangkan di diary kita. Bisa pula kita mempublikasikannya di Kompasiana, media sosial, blog, dan media-media lainnya. Bahkan, sebagaimana hubungan seksual dengan manusia bisa melahirkan manusia-manusia baru, hubungan intim yang romantis dengan buku dapat melahirkan buku-buku baru!
Atas dasar itu, aku mau melahirkan naskah-naskah buku baru. Naskah pertama kuberi judul "Gauli Buku (Bercinta dengan Buku, Berbuah Ide Baru)". Naskah ini akan berisi tanggapan atau jawaban terhadap dua pertanyaan inti: Bagaimana mendapatkan ide-ide baru melalui pembacaan buku-buku (terutama secara romantis-reproduksionis)? Bagaimana menuangkan ide-ide baru tersebut dalam bentuk tulisan-tulisan (terutama secara romantis-reproduksionis)?
Untuk itu, aku masih perlu menggauli beberapa buku sekaligus. Kini, telah aku "baringkan" di ranjangku buku-buku idamanku. (Lihat daftar di bawah.)
Saat kuketik artikel ini, semua buku idaman tersebut belum pernah kubaca, kecuali sepintas lalu. Rencananya, baru malam nanti aku mulai menyetubuhinya secara lebih mendalam. Itu pun tidak semua halaman dari buku-buku itu akan aku jelajahi. Supaya lebih mudah mencapai puncak "orgasme", aku hendak lebih memusatkan diri pada kalimat-kalimat yang merangsangku untuk memikirkan pertanyaan inti yang tadi telah kusebut.
Selanjutnya, kalau bisa, di blog Kompasiana ini aku ingin sering-sering menceritakan kepadamu jawaban-jawaban atau pun pertanyaan susulan yang kuterima dari hubungan intimku itu. Aku pun mengharap tanggapan darimu berupa apa saja. Silakan.
Daftar Buku Idamanku Saat Ini
Buku-buku idaman sebagai landasan filosofis, psikologis, dan biologis:
1. Nikolas Kompridis (ed.), Philosophical Romanticism (Oxon & New York: Routledge, 2006)
2. Sue Roffey (ed.), Positive Relationships (London & New York: Springer, 2012)
3. Kara Rogers (ed.), The Reproductive System (New York: Britannica Educational, 2011)