Lihat ke Halaman Asli

Mengambil Keputusan untuk Membangun Masa Depan

Diperbarui: 24 Oktober 2022   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tulisan koneksi antarmateri modul 3.1 saya awali dengan sebuah kutipan luar biasa dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel yang mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis (Kemndikbud, 2022).  Saya memulai perjalanan sebagai Calon Guru Penggerak dengan sebuah tekad untuk belajar menjadi guru yang lebih baik dan membangun budi pekerti murid selaku pewaris tanah air yang indah ini.  

Bangsa Indonesia harus dijaga dan dikawal oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan karakter luhur melalui cara mereka masing-masing  Hal inilah yang kemudian saya sadari mengapa di awal mempelajari modul-modul Pendidikan Guru Penggerak, filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara di tempatkan di garis start.  

Selayaknya seorang pelari, agar mampu berlari maksimal maka posisi dan persiapan di garis awal akan sangat menentukan, demikian juga dengan calon guru penggerak.  

Sebelum melangkah lebih jauh apalagi sampai kepada proses pengambilan keputusan, seorang pendidik harus memiliki pondasi paradigma dan filosofi yang kuat agar tumbuh menjadi pribadi guru sejati.  

Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan sesungguhnya adalah suatu proses menuntun kodrat yang ada di dalam diri murid baik lahir maupun batin agar mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya.  Proses menuntun ini adalah sebuah seni yang tidak cukup dikuasai dengan menghafal teori-teori saja, tetapi juga perlu dilatih melalui praktik berulang yang konsisten serta refleksi yang jujur dan terbuka.  

Kita mendidik manusia, makhluk hidup yang diberikan akal pikiran dan hati nurani oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan dinamikanya yang kompleks, maka disitulah keterampilan seni mendidik ini akan menemukan pola yang tepat sesuai bahan dasarnya.  Murid terlahir sebagai kertas tertulis (baik dan buruk) dan menjadi tugas gurulah untuk menebalkan tulisan kebaikan di dalamnya melalui Pratap Triloka, yaitu " Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". 

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin tidak terlepas dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka.  Implementasi ini diwujudkan dalam keteladanan, membangun kekuatan, dan memotivasi peserta didik melaui pengambilan keputusan yang didasarkan pada kepentingan murid, nilai-nilai kebajikan universal, dan tanggung jawab. 

Sebagai seorang pendidik yang memiliki nilai berpihak pada murid, kolaboratif, inovatif, mandiri, dan reflektif maka pengambilan keputusan saat menghadapi permasalahan yang terjadi baik terkait bujukan moral maupun dilema etika harus mengutamakan kepentingan murid secara holistik integratif melalui kerja sama berbagai pihak yang terkait, refleksi yang mendalam, dan ide-ide baru untuk memunculkan opsi trilemma.  

Pendidik juga perlu memahami prinsip pengambilan keputusan agar bisa menganalisis setiap kelebihan dan kekurangan dari keputusan yang diambil, baik prinsip berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), maupun berbasis rasa peduli (Care-based Thinking).

Sembilan langkah pengambilan keputusan adalah serangkaian proses coaching yang sejalan dengan alur TIRTA (Tentukan tujuan, Identifikasi masalah, Rencana Aksi, dan Tanggung jawab) dan melibatkan kompetensi Sosial Emosional seorang pemimpin.  Apa yang sebenarnya menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh seorang pemimpin?  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline