Lihat ke Halaman Asli

Implementasi KSE Mendorong Budaya Positif Sekolah (Sebuah Refleksi)

Diperbarui: 18 Oktober 2022   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mindfullness Pengajaran Eksplisit Implementasi KSE (Sumber: Dokumen Pribadi)

Sabtu adalah hari yang saya nanti-nantikan setelah menyelesaikan modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional.  Mengapa saya begitu antusias menunggu hari ini?  Penyebabnya tidak lain karena saya akan mencoba mempraktikkan pembelajaran sosial emosional melalui pengajaran eksplisit yang bertujuan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi social emosional dengan cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki (Kemendikbud, 2022).  

Setelah pengajaran eksplisit saya juga akan mencoba mengimplementasikan KSE berupa integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik serta menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. 

Kegiatan yang saya rancang hari ini ada dua jenis, yaitu pengajaran eksplisit adalah tentang mindfulnees, khususnya untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada tiga orang yang paling penting bagi kehidupan murid dan pengajaran eksplisit khusus untuk murid berkebutuhan khusus yang saya berikan kebebasan untuk memilih jenis mindfulness yang ingin dia lakukan.  

Di awal saya menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu untuk menumbuhkan kompetensi social emosional siswa pada kompetensi kesadaran diri dan kesadaran social.  

Hal-hal yang perlu ditumbuhkan adalah megidentifikasi emosi-emosi dalam diri, dapat menghubungkan perasaan dan nilai-nilai, memahami dan mengekspresikan rasa syukur, dan menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain.

Setelah menyampaikan tujuan, berikutnya saya meminta murid-murid untuk menyiapkan selembar kertas, berpikir dan merenung sejenak kurnag lebih 3 (tiga) menit untuk memikirkan siapa tiga orang yang paling berjasa dalam hidup mereka beserta alasan, dan menuliskannya di kertas yang telah mereka sediakan.  

Saya melihat murid-murid awalnya tersenyum-senyum sambil berpikir, tiga menit kemudian mereka tampak serius dengan pekerjaannya bahkan ada yang bertanya apakah boleh menulisnya di tempat lain?  

Saya mempersilahkan murid-murid mencari lokasi ternyaman bagi mereka untuk menuliskan ungkapan terima kasih kepada orang yang dituju.  Lima menit berlalu, ternyata pekerjaan belum selesai, murid meinta tambahan waktu 5 menit lagi karena ini adalah hal pertama kali bagi mereka.  

Setelah waktu penawaran kedua selesai, setiap murid membawa kertas yang telah mereka tulis kembali ke kelas.  Saya mengajak murid untuk mencoba mengungkapkan tulisan mereka secara lisan supaya murid terbiasa mengucapkan terima kasih kepada siapapun.  Kami melakukan pengundian dan terpilihlah nama Muhammad Sultan dan Kartika Putri. 

Banyak hal yang menarik dan tidak terduga saya peroleh dari hasil renungan dan tulisan mereka.  Muhammad Sultan anak yang biasanya terlihat cuek dalam paparannya selain mengucapkan terima kasih kepada orangtua, guru, dan teman-temannya yang menurut dia kadang menyebalkan tetapi bisa membuat tertawa juga menyelipkan permintaan maaf kepada guru-guru atas semua sikapnya yang mungkin membuat bapak/ibu guru kurang merasa nyaman.  Semua kelas merasa senang dan tersenyum dengan paparan Muhammad Sultan.  

Pemapar kedua adalah Kartika.  Saya tahu kartika adalah gadis kecil yatim piatu yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya sejak kecil dan saat ini hanya hidup berdua dengan kakak perempuannya.  Beberapa menit kemudian kelas mulai senyap dan tampaklah mata-mata yang berkaca-kaca saat Kartika dengan suara yang mulai tersendat dan isak tangis yang mulai terdengar sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada kedua orangntuanya yang sangat dia rindukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline