Lihat ke Halaman Asli

Rephy Ekawatie

Pegawai Negeri Sipil/Penulis

Dompet Digital

Diperbarui: 18 Juni 2024   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Kalau pada tulisan sebelumnya yang berjudul “dompet oh dompet”, teman-teman pembaca diajak untuk kenal dan tahu darimana asal usul dompet hingga jadi alat bantu keuangan saat ini. Nah, mengikuti perkembangan zaman dan penyesuaian teknologi…saat ini jenis finansial technology yang mulai tidak asing bagi kita adalah dompet digital.

sumber gambar: midtrans.com (ilustrasi e-wallet)

     Dompet digital merupakan jenis dari E-Wallet (elektronik wallet) yang menyediakan tempat penyimpanan uang bagi penggunanya. Kalau temans pembaca telah membaca tulisan saya sebelumnya yang berjudul “willpower bukan power rangers” dan “solusi MENAKLUKAN willpower destroyers”, maka dompet digital ini merupakan salah satu aplikasi produktif yang dapat diunduh pada smartphone temans guna memudahkan dalam pengelolaan keuangan pribadi. Gak bisa kita pungkiri, sebagai manusia yang hidup pada zaman dimana semua akses virtual menganga, smartphone sudah menjadi “smart gadget” dimana fungsinya sudah multi (komunikasi, penerima/pencari informasi, media pencatatan pribadi, alat mengatur schedule, gaming tool, media transaksi keuangan, investasi, sampai … yaitu tadi, jadi dompet. Keknya budaya smartphone jadi melekat erat di generasi saat ini yang didominasi oleh para Millenial dan akan dilanjutkan oleh Gen Z. Welcome to the jungle!.

Kilas balik kemunculan Dompet Digital

     Revolusi Industri yang terus berevolusi dari ditemukannya mesin uap pada abad ke-18 hingga sekarang munculnya Revolusi Industri 4.0, menjadi alasan kemunculan E-Wallet alias Dompet digital. Dompet digital muncul menyertai disrupsi yang terjadi pada segala sektor kehidupan pada saat ini. Faktor efisiensi, universal, gampang, untung dan langsung menjadi sebab kenapa penggunaan dompet digital sebagai bentuk digital payment menjadi marak digandrungi oleh Masyarakat pada saat ini, tidak terkecuali kita (saya dan temans pembaca yang budiman).

     Menurut sejarahnya, digital wallet mulai muncul sejak tahun 1994. Pada saat itu pembelian online pertama kali dilakukan melalui transaksi pembelian CD Sting’s Ten Summoner’s Talesis yang dijual sebesar $12,48 di NetMarket. Selanjutnya, pada tahun 1997 dilakukan transaksi seluler pertama melalui nirsentuh. Pada saat itu Coca Cola memasang dua mesin penjual otomatis di Helinski dan menerima pembayaran melalui pesan teks. Barulah pada tahun 1999 Elon Musk dan Peter Thiel melalui PayPal meluncurkan layanan transfer elektronik yang awal-awal penggunanya tumbuh 10% setiap hari.

     Tidak mau kalah, Tiongkok kemudian memunculkan Alipay di China. Pada Tahun 2003, platform pembayaran seluler mengalami pertumbuhan signifikan. Dompet digital disambut baik oleh para pedagang. Mereka menggunakannya dalam aktivitas keuangan sehari-hari. Lebih dari 50 Negara dan Wilayah memanfaatkan teknologi keuangan ini untuk mendongkrak efesiensi dan kemudahan dalam transaksi jual beli mereka. Terus menerus berkembang, M-PESA kemudian menciptakan sistem pembayaran pertama melalui telepon seluler. M-PESA yang memiliki basis di Kenya meluncurkan layanan mobile banking dan keuangan mikro. M-PESA saat ini memiliki lebih dari 37 juta pengguna aktif pada platformnya di seluruh Afrika.

     Perkembangan pembayaran digital kian berevolusi dengan pengembangan jaringan pembayaran terdesentralisasi pertama (Bitcoin) di dunia oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2009. Bitcoin memungkinkan pembayaran yang aman dan tidak dapat dilacak. Perkembangan lain terkait transaksi keuangan adalah dengan kemunculan WeChat Pay pada tahun 2013, dimana platform ini merupakan platform perpesanan terpopular. Pada Tahun 2018, jumlah pengguna aktif bulanannya melampaui 800 juta.

     Tahun 2014, Apple Pay diluncurkan. Pada tahun 2023, lebih dari $2 trilliun transaksi dapat diautentikasi oleh teknologi biometrik. Setelah kemunculan pendahulu-pendahulunya, google menjadi perusahaan besar pertama yang meluncurkan dompet seluler pada tahun 2011. Apple Pay muncul dua tahun kemudian di AS dan dengan cepat menyebar ke Inggris dan Tiongkok. Tahun 2015 menghadirkan Android dan Samsung Pay. Nah, sejak saat itulah, dompet digital seperti GrabPay, Lazada Wallet, PayPal, Touch’nGo, Vcash, mulai bermunculan. Kemunculan-kemunculan mereka menjadikan mode pembayaran ini kemudian semakin populer.

Dompet digital di Indonesia

     Pertumbuhan ekonomi dan adopsi penggunaan smartphone yang cepat di Indonesia menjadi pendorong utama perkembangan pembayaran digital pada tahun 2010-an. Kemunculan Telkomsel Cash (T-Cash) dan XL Tunai menunjukkan perubahan dalam cara pembayaran. Signifikansi dampak dari kemunculan E-Wallet ini terlihat pada pertengahan hingga akhir 2010-an. Layanan dompet digital, seperti:  Gopay, OVO, Dana, dan lainnya mulai mendominasi pasar dengan menyajikan fitur-fitur menarik bagi pengguna. Melihat pesatnya perkembangan transaksi non tunai di Indonesia, Bank Indonesia (BI) memperkenalkan standar QRIS pada tahun 2019 sebagai wadah tunggal untuk ragam metode pembayaran dalam satu kode QR. Hal ini mengarahkan perkembangan menuju ekosistem pembayaran digital yang lebih terintegrasi dan inklusif di Indonesia.  

     Nah, kawans pembaca…untuk tulisan kali ini sepertinya kita sudahi sampai disini dulu, ya. Ini bahasan yang keknya menarik untuk dibikin panjang. Tapi, kalo menuangkan habis air dari teko ke dalam satu cangkir…pada waktu yang sama…nanti bakal mbluber, tumpah-tumpah. Keknya enak kalo disajikan secangkir demi secangkir…biar bisa dinikmati dengan nikmat.

     Terima kasih sudah membaca tulisan kali ini. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya, Salam!.  

Referensi:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline