Lihat ke Halaman Asli

Rephy Ekawatie

Pegawai Negeri Sipil/Penulis

Berapa sih Saya Harus Berhutang, Biar Dapur Tetap Ngebul?

Diperbarui: 19 Januari 2022   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-berfikir: hellosehat.com

Mungkin tidak jarang kita mendengar keluhan dari orang-orang disekitar kita yang bergumam atau curhat gaji sebulah habis untuk kredit panci, kredit hape, kredit motor, kredit mobil, kredit rumah, ruko dan sebagainya. Keluhan-keluhan itu seperti dengungan lebah...lembut, tapi kalo terus menerus ya, jadinya bising dan mengganggu juga. 

Apalagi jika ujung-ujungnya, si pencerita mengajukan permohonan utang dengan muka melas. Permohonan utang yang tidak tahu kapan hari, bulan, dan tahunnya akan dikembalikan lagi kepada kita dengan alasan setumpuk masalah financial yang mereka hadapi.

Masalah utang lebih dari pendapatan...sudah jadi kisah klasik dalam pengelolaan keuangan pribadi. Tapi lucunya, kisah klasik ini terus saja berulang pada kehidupan orang-orang lintas generasi. Mungkin kalo dikumpulkan, ada ribuan cerita terkait dengan akibat yang ditanggung dari hutang yang lebih dari pendapatan. 

Ada cerita kesuksesan dalam membangun bisnis karena utang yang dikelola untuk kebutuhan produktif. Adapula cerita sedih karena terjerat utang yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Gali lobang, tutup lobang dan berujung zonk karena harus bersembungi karena ditagih penagih hutang, dan para rentenir.

Hal mendasar yang menjadi penyebab munculnya timbunan utang adalah 'nafsu alias keinginan' yang tidak lebih besar dari pendapatan. Nafsu ingin memiliki barang namun belum memiliki sumberdaya yang cukup. Nafsu itu juga yang kemudian mendorong orang untuk 'berutang' demi memenuhi apa yang menjadi 'keinginannya'.  

Ilustrasi-utang: www.suara.com

Warning...berapa proporsi umum untuk utang

Pertanyaan "berapa idealnya saya boleh memiliki utang, agar kehidupan saya tetap berjalan dengan baik?" merupakan pertanyaan awal yang harus dijawab sebelum seseorang memutuskan untuk berutang.

Mengutip artikel ZAP Finance, besaran cicilan atau utang apapun yang diambil tidak boleh melampaui 30% dari Pendapatan. Pendapat yang serupa dikemukakan dalam artikel cermati.com. Angka 30% merupakan proporsi yang dianggap paling pas agar beban keuangan tidak berkembang menjadi masalah dalam Keuangan Pribadi. 

Rasio Keuangan yang Ideal sesuai Artikel pada Harian Nasional menyisakan 2/3 dari penghasilan bulanan untuk pemenuhan hidup bulanan secara wajar. Batasan tersebut sejalan dengan Strategi Alokasi Penghasilan 50-30-10-10. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline