Lihat ke Halaman Asli

Repa Kustipia

TERVERIFIKASI

Gastronomist (Gastronome)

Ketika Orang Sunda Menjadi Vegan Murni

Diperbarui: 8 Juli 2023   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : dokumentasi pribadi

Bisakah jenis makanan dan pola makan mendefinisikan seseorang ? jawabannya bisa iya bisa tidak, namun ketika membahas jenis konsumsi seseorang, maka hal ini bisa mendefiniskan pola makan dan jenis makanan dari kelompok pangan yang dimakan.

Ada begitu banyak jenis-jenis konsumsi seseorang dengan sebutan-sebutan yang diadopsi dari negara-negara di Eropa seperti gerakan vegan diinisiasi oleh Donald Watson (The Vegan Society) , seorang advokat yang menangani kesejahteraan hak hewan dari Inggris, pendapatnya cukup kontroversial karena seakan-akan melarang manusia menggunakan hewan, singkatnya Watson memberikan narasi bahwa : 

hewan-hewan banyak dipekerjakan namun tidak dipenuhi hak-haknya untuk hewan, seperti : kuda tarik digunakan untuk membajak, sapi diperas untuk memberikan susu padahal susu sapi untuk sapi, ayam memberikan telur, telur akan menghasilkan anak ayam jika tumbuh dan berkembang , ayam jantan dipaksa bereproduksi dengan ayam betina dari manapun, domba diambil bulunya untuk wol, Babi pun digunakan untuk konsumsi dan diolah oleh industri, apa yang sudah diberikan manusia untuk hewan jika kelompok hewan dilakukan demikian ?

Pemikiran Watson cukup sejalan dengan Eva Haifa Giraud, ahli teori budaya kritis yang fokus penelitiannya mencakup aktivisme dan non-antroposentris (tidak pendekatan yang tidak mengutamakan manusia sebagai pusat segala hal). 

Eva menulis buku berjudul Veganism : Politics, Practice, and Theory yang menegaskan bahwa gerakan veganisme itu menyangkut politik yang berdampak bagi ekonomi, politik, budaya dan jenis konsumsi. 

Veganisme bukan sekadar semangkuk salad, namun ada hak-hak suara ketertindasan dan perbudakan, pola konsumsi hanyalah bagian dari rutinitas dan pilihan saja. 

Selebihnya ada gerakan untuk menyuarakan berbagai hak dan tentunya pasti tidak akan berjalan mulus, selalu ada hal yang dijual entah makanan sehat atau bahkan non-pestisida yang lebih organik, memang harga akan jauh lebih tinggi namun harga itu sebanding jika efek konsumsi yang berlebihan dan rakus pada kerusakan lingkungan dari pertanian-pertanian konvensional dan peternakan korporasi. 

 sumber gambar : instagram.com/indonesianfoodanthropology

Orang Sunda, Lalapan, dan Vegan 

 sumber gambar : dokumentasi pribadi

Bagaimana jika gerakan vegan terjadi di Indonesia bahkan di daerah orang sunda ? Jangankan gerakan vegan, gerakan frutarian (pemakan buah) amat sangat lengkap semua ada di Indonesia ini, karena keberkahan geografis yang tropis menjadikan Indonesia mau masuk dalam gerakan pola makan manapun akan masuk dan cocok, disebut gerakan vegan, akan ada karena orang sunda di perbukitan sumber pangannya adalah tanaman liar yang bisa digunakan untuk diolah menjadi sayuran, orang-orang pesisir disebut pescatarian (karena memang kesehariannya konsumsi ikan dan jarang menikmati daging sapi atau unggas lainnya). 

Begitu juga kelompok masyarakat di perkebunan akan lebih banyak mengkonsumsi kopra dan buah-buahan tropis lainnya dan mengurangi karbohidrat karena kandungan gula sederhananya sudah berlimpah dari komoditas buah-buahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline