Lihat ke Halaman Asli

Repa Kustipia

TERVERIFIKASI

Gastronomist (Gastronome)

Bunga Wijaya Kusuma: Dari Mitologi, Batik Cilacap, Pengobatan Alternatif, hingga Resep Kreasi

Diperbarui: 10 Juli 2023   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bunga Wijaya Kusuma yang sedang mekar. Sumber: Shutterstock via kompas.com

Bunga Wijaya Kusuma 

Epiphyllum oxypetalum , Dutchman's Pipe (Queen of the night) atau yang biasa dikenal dengan kembang wiku (sunda) dan sebutan populernya adalah bunga wijaya kusuma ini tidak hanya menarik dikaji dari sisi mitologinya saja.

Jadi, karena begitu banyak cerita-cerita mistis dan misterius nan spiritual yang berhubungan dengan si kembang malam ini, dimana bunga ini hanya mekar pada malam hari saja kecuali yang sudah hibrida untuk improvisasi dari genetiknya disesuaikan dengan permintaan pasar.

A'tourrohman, Muhammad (2021) alumni Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang mengkaji etnobotani tanaman wijayakusuma keraton (Pisonia grandis r. br.) di Kabupaten Cilacap, menyimpulkan bahwa  Tanaman wijayakusuma keraton memiliki nilai sejarah dan mitologi yang penting di Kabupaten Cilacap.

 Dalam dunia pewayangan, bunga wijayakusuma keraton dianggap sebagai pusaka Kresna dan sering digunakan dalam upacara penobatan raja di Kerajaan Mataram Islam. 

Penelitiannya mendokumentasikan pengetahuan lokal, potensi, dan pemanfaatan tanaman wijaya kusuma, serta upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakat yang menghasilkan informasi.

Masyarakat lebih mengenal wijayakusuma kaktus daripada wijayakusuma keraton. Tanaman ini memiliki potensi sebagai bahan pangan, bahan bangunan, tanaman hias, dan tanaman obat. 

Sedangkan Aina Fahrina dkk dari Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret  yang meneliti motif wijaya kusuma pada batik Cilacap menyimpulkan bahwa Motif bunga Wijaya Kusuma pada batik Kabupaten Cilacap.

Motif tersebut menggambarkan potensi daerah berbentuk visual yang dikaji berdasarkan teori Djelantik dengan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penampakan motif utama, pendukung, dan isen-isen pada corak batik Tirtotejo Ceplok Wijaya Kusuma, Kawung Wijaya Kusuma, dan Truntum Wijaya Kusuma. 

sumber gambar : istockphoto.com

Isen-isen batik adalah ragam hias pengisi latar dalam pola batik, adapun Teori Djelantik yang digunakan merujuk pada modifikasi teori dari penulis sebelumnya yang dirujuk oleh Aina Fahrina dkk untuk menjelaskan: nilai estetis semua benda atau peristiwa kesenian mengandung tiga aspek yang mendasar yang meliputi wujud atau rupa, bobot atau isi, penampilan atau penyajian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline