Migrasi kuliner adalah perpindahan sajian makanan dan minuman dari lokasi asal ke lokasi perantauan atau beda wilayah, hal ini disebabkan mengikuti dinamika sosial dari pengolahnya yang mengharuskan bepergian, berpindah, bahkan meninggalkan daerah asal untuk berbagai kepentingan, namun setiap orang tidak bisa lepas dari rasa-rasa lawas yang tersimpan dalam memori sensoriknya sehingga timbulah kreasi makanan atau minuman yang menggabungkan menu dari daerah asalnya dibawa ke perantauan.
Jika, berkunjung ke Ketan Susu Kemayoran, Jakarta dan memesan 1 porsi ketan susu, 1 paket teh poci gula batu, dan tempe goreng maka itulah menu migrasi yang sedang dinikmati, ada berbagai perspektif tentang asal usul sajian ketan ini ada yang bilang dari sunda, jawa, sumatera, kalimantan, itu tidak menjadi masalah historis berarti, untuk perkembangan kuliner, harusnya tidak perlu memperdebatkan terlalu jauh atas klaim-klaim asal usul karena minimnya artefak atau catatan tertulis, karena jika itu bukan tradisi, maka harus ada banyak saksi yang masih hidup dan terbukti, amat sangat rumit sekali hanya untuk menikmati sajian yang tersedia.
Kebiasaan minum teh sudah ada sejak lama, terlebih bagi orang sunda bahkan jika orang sunda itu merantau, akan perlu proses untuk menyesuaikan memilih jenis minuman ketika selesai menikmati makanan, karena tradisi menikmati air teh hangat, panas, bahkan teh jenis lain sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang sulit ditinggalkan karena kebiasaan turun-temurun, tidak heran jika kuliner di daerah sunda, terlebih di Tasikmalaya, makanan apapun akan disuguhkan air minumnya adalah air teh.
Orang sunda yang merantau akan mudah menerima sajian campuran migrasi seperti ini : ketan susu dan teh poci gula batu, walaupun beda penyajiannya dalam satu set menu, namun ada selera yang cocok untuk dinikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H