Berita-berita masa depan pangan sudah sangat kompleks terutama jika dilihat dari kondisi ketahanan pangan global sampai skala lokal dan terakhir skala rumah tangga di mana sasaran akhirnya adalah setiap individu yang memiliki kelompok usia dari kelompok bayi sampai lansia.
Namun apakah ketahanan pangan sudah mencakup sampai pada urgensi keperluan per porsi secara keseluruhan dari setiap individunya? Belum tentu.
Berbagai strategi, konsep, pendekatan, program, paradigma, ajakan sampai perubahan gaya hidup selalu dikampanyekan dengan dalih ketahanan pangan. Namun, tetap saja hal ini tidak mengena untuk beberapa kelompok dan individu.
Bahkan ketika pemimpin daerah berbicara ketahanan pangan daerahnya sangat bagus walau tanpa data mumpuni, dan jika dikonfirmasi melalui investigasi per individu ternyata hasilnya tidak memenuhi kelayakan ketahanan pangan individu dari kebutuhan primernya saja yaitu makan.
Hal ini akan ironis jika ditotalkan dengan keadaan individu yang serupa dan bahkan bisa menjadi populasi yang sama sekali tidak termasuk ketahanan pangan secara fakta.
Apa itu Ketahanan Pangan untuk Cakupan Negara Indonesia?
Tidak mudah menjelaskan ini, karena acuannya adalah kondisi negara dari definisi ketahanan pangan global.
Loh, memangnya Indonesia kecipratan komoditas pangan global apa untuk menuntaskan problematika pangan?
Pertanyaan tersebut yang tidak bisa dijelaskan secara sederhana karena menyangkut negosiasi pangan dan perdagangan pangan, maka dari itu sistem pangan itu kompleks, dan hanya kebijakan pangan yang memudahkan, bervisi misi lokalitas, dan sistem pangan pendek seperti ini formulanya:
Formula 1: Produsen - Konsumen (tidak ada biaya distribusi).
Formula 2: Produsen - Perantara lokal (pasar, kios, pasar, koperasi, warung, distributor lokal dari sumber daya manusia lokal/pekerja putra daerah) - konsumen.