Lihat ke Halaman Asli

Repa Kustipia

TERVERIFIKASI

Gastronomist (Gastronome)

Jika Nasi Timbel Sudah Tidak Dibungkus Daun Pisang

Diperbarui: 11 Februari 2023   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : istockphoto.com

Dunia kuliner sering dikejutkan oleh beberapa menu kekinian yang sebetulnya tidak jauh-jauh dari olahan nasi yang dibungkus dan lauk pauk garing yang digoreng ditambah sambal dan mentimun, harga nambah bisa dapat selada air, kacang panjang atau buncis. Bahkan untuk sebungkus sambal saja sudah dijual terpisah kalau tidak ada paket lengkap atau disediakan sambal pilihan lain dengan harga yang variatif. 

Nasi, inilah sumber karbohidrat yang belum tergantikan semenjak kedatangannya 1500 tahun lalu sebelum masehi yang dibawa oleh saudagar India lewat dan para migran Indocina dari bagian Asia Selatan, sejarah ini bisa dibaca lebih lanjut pada bahasan Sejarah Global Nasi ada pada beberapa versi. 

Di Jawa Barat sendiri, keberadaan nasi timbel sudah tidak asing lagi, karena mayoritas nasi timbel dijual tidak kenal waktu, waktu pagi hari nasi timbel akan dipaketkan dengan telur dadar dan irisan kentang balado (mustofa) yang mudah dijual dengan harga terjangkau, nasi timbel kala siang hari akan disajikan dengan lauk-pauk dengan kategori makanan berat seperti : Nasi Timbel ayam goreng serundeng, Pada sore hari nasi timbel dijual dan bisa dinikmati dengan lele goreng sambal ijo, ayam goreng atau ayam bakar khas sunda, pada malam hari nasi timbel bisa dinikmati dengan sate sunda bumbu kacang atau sate maranggi. Ini hanya sebagian dari pilihan menu-menu yang selalu berdampingan dengan nasi timbel. 

Nasi timbel berasal dari bahasa sunda yaitu sangu (nasi) timbel (dalam istilah pengemasan masakan atau hidangan, timbel dari kata kerja nimbel yang artinya membungkus seperti buntalan yang menutupi makanan secara keseluruhan). Hingga sebutannya jadi sangu timbel, dan orang yang membungkus sangu timbel sebutan kegiatannya adalah nimbel (artinya sedang membungkus nasi dengan daun pisang yang dibuntel/dibungkus menyeluruh). Semakin kesini sangu diganti dengan bahasa indonesia menjadi Nasi, jadilah Nasi Timbel dengan tujuan, orang sunda bermigrasi dan merantau dan menggunakan bahasa indonesia untuk keperluan perdagangan dan jadilah menu yang sering dikenal nasi timbel ayam goreng serundeng sambal dadak dalam sebutan paketan menu yang umum. 

Bagaimana Jika Nasi Timbel Sudah Tidak Dibungkus Dengan Daun Pisang ? 

Memang tidak menjadi masalah, misalnya nasi timbel hari ini sudah dibungkus menggunakan kertas laminasi anti lengket atau yang dikenal dipasaran adalah MG Paper (Kertas nasi berserat dan licin, biasanya digunakan untuk membungkus kebab, burger, bahkan nasi dan tidak lengket). 

sumber gambar : tokopedia.com/tokobahankue

Namun, jika menelusuri asal mula nasi timbel hadir adalah dari kebiasaan para petani yang menjadikannya bekal ke sawah agar praktis, dan cara nimbel ini difungsikan untuk membawa makanan secara ringkas, karena kebiasaan orang sunda adalah makan bareng (botram) jika bepergian atau dalam pertemuan, dan memang tradisi yang belum hilang adalah ciri khas nasi timbel dibungkus oleh daun pisang, hal ini jika ditelisik pada fungsi lingkungan dari pohon pisang ada kesinambungan kelestarian alam dan keberlanjutan dari pohon pisang, jika nasi timbel dipertahankan dibungkus dengan daun pisang beberapa singergitas ekologi terbentuk seperti : 

1. Lahan kebun pohon pisang tidak mudah dijual begitu saja, karena ada permintaan daun pisang. 

2. Pisangnya bisa diolah untuk dikonsumsi sebagai buah atau diolah menjadi jajanan pasar, kue-kue, bahkan keripik pisang. 

3. Jantung pisangnya, bisa dibuat abon dan menjadi lauk-pauk kering olahan yang bisa ditambahkan dengan nasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline