Lihat ke Halaman Asli

Teater Lungid Sukses Sedot Antusiasme Penonton TBS Lewat Lakon Gundala Gawat

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solo - Ratusan orang memadati Teater Arena, TBJT (Taman Budaya Jawa Tengah Solo), untuk menyaksikan pementasan Teater Lungid (Eks Teater Gapit) dengan naskah berjudul Gundala Gawat karya Goenawan Mohamad. Pentas yang digelar selama dua hari, yakni pada tanggal 7-8 Desember 2013, pukul 20.00 WIB, sukses menyedot antusiasme warga Solo dan sekitarnya. Ini terbukti dari konsistensi jumlah penonton yang tetap membludak selama dua hari berturut-turut guna menyaksikan pementasan ini dengan lakon yang sama.

Kapasitas gedung teater arena yang mampu menampung 3000 penonton hampir penuh sesak oleh penonton yang tetap bersemangat menyaksikan pementasan ini meski, berdurasi lebih dari tiga jam. Nampaknya, antusiasme penonton ini dipicu oleh penataan artistik yang menarik, yakni dari properti-properti yang digunakan, kostum yang fullcolour dan make up karakter superhero, sehingga memberi efek ‘segar’ untuk sebuah pertunjukan bergenre fantasi, yang sarat akan kritik sosial dan pesan moral.

Photo kiri : (dari kiri: Aquanus, Melar, Jin Kartubi, Sun Bo Kong, Gundala).

Photo kanan : suasana saat pementasan Gundala Gawat berlangsung.

Selain itu modifikasi model garapan yang sedikit berbeda dari naskah, yaitu dengan memasukkan unsur gerak tari dalam pementasan ini juga menambah efek ‘segar’ dan menjadi daya tarik tersendiri pada pementasan kali ini. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh sang sutradara, Djarot Budi Darsono yang ditemui sebelum pentas.

memang saya sengaja memasukkan unsur tari dalam garapan kali ini, karna basic saya sendiri sebenarnya juga seorang penari. “, ungkapnya pada malam sebelum pentas dimulai (8/12).

Teater Lungid merupakan salah satu teater kawakan yang tetap eksis dan konsisten menggunakan konsep teater tradisional berbahasa Jawa, dan tetap memilih gamelan Jawa sebagai musik pengiring pementasan. Teater Lungid teguh menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, strata terendah Bahasa Jawa, untuk meraih audiens yang lebih luas. Menurut Djarot, penerus Teater Lungid, justru pilihan ini menegaskan Teater Lungid memiliki genre yang jelas dan proporsional menempatkan diri pada sastra Jawa modern dan masyarakatnya yang terus berubah.

Teater Lungid menjawabnya dengan menerima tantangan Goenawan Mohamad untuk mementaskan naskahnya berjudul Gundala Gawat. Naskah ini sebenarnya berbahasa Indonesia, dan Inggris di beberapa adegan, serta mengangkat topik tentang kritik sosial. Namun ditangan Djarot dan pemain dari teater Lungid, digubah kedalam bahasa Jawa.

Dengan latarbelakang anggota yang beragam; penari, pengrawit, dalang, Teater Lungid punya bekal SDM yang mumpuni. Tapi, di luar aktivitas Lungid, anggotanya bebas berkesenian dan menggunakan bahasa selain Jawa.*

(Wahyuning Wulandari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline