Lihat ke Halaman Asli

SBY: Penakutkah??

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebentar lagi kita akan mendapat kabar tentang nasib menteri dari partai koalisi yang sedang dievaluasi presiden. Dan sudah menjadi informasi umum bahwa Sudi Silalahi mendapat mandat dari presiden untuk menyampaikan masalah ini kepada koleganya sesama menteri dari partai koalisi. Pertanyaannya adalah, kenapa bukan presiden sendiri yang menyampaikan masalah ini kepada para menteri. Kenapa harus memberi mandat kepada sesama menteri. Ini sama saja saat kita menjadi manager, kita menugaskan seorang staf memenyampaikan berita pemecatan kepada staf yang lain. Ini sungguh tidak etis.

 

Sedikit kembali ke waktu lampau. SBY juga menugaskan Sudi Silalahi yang saat itu sebagai seskab untuk menyampaikan berita pemberhentian sebagai menteri termasuk Yusril dan  Hamid Awaludin. Aneh sekali masalah ini. Kenapa bukan presiden sendiri yang menyampaikan. Bukannya saat menyeleksi menteri, Sby sendiri yang men-interview mereka. Kasus calon menteri kesehatan Nina Moelok dan calon menteri muda keuangan Anggito Abimayu juga. Apakah Sby takut untuk menyampaikan pemberhentian kepada mereka? Berani mengangkat menteri tetapi tidak berani memberhentikan menteri.

 

Peristiwa kenaikan harga BBM juga menjadi bukti ketidak beranian Sby. Saat negara tidak berdaya menghadapi kenaikan harga minyak dunia, dan harus menaikkan harga BBM, siapa yang mengumumkan? JK dan para menteri. Saat harga minyak turun dan pemerintah menurunkan harga BBM, siapa yang mengumumkan? Sby. Apakah ini adalah karena strategi pencitraan? menurut saya tidak sama sekali. Ini karena Sby tidak mempunyai keberanian. Pencitraan adalah slogan untuk menutupi ketidakberanian atau sifat penakut. Sehingga dianggap bahwa hal buruk Sby tidak mau, tapi hal baik Sby tampil. Kalau pencitraan, kenapa menghadapi menteri saja takut? Apalagi saat itu Hamid Awaludin dan Yusril juga kesandung kasus. Memecat sendiri tentu akan menaikkan citra. Tetapi kenapa tidak? Masalah Bibit-Chandra juga. Sby takut memerintahkan aparat dibawah wewenangnya untuk menyelesaikan masalah ini. Baru setelah demo besar besaran Sby tampil. Tentu saja dengan perintah yang tidak jelas kepada bawahannya. 

 

Rosihan Anwar pernah bertanya kepada Sby kenapa tidak berpasangan dengan JK lagi. Raut muka Sby langsung merah padam dan berkata bahwa JK telah menjadi bayangan Sby dimanapun Sby ada selama 5 tahun pemerintahan bersama JK. Ini juga menunjukkan bahwa Sby takut dan tidak berdaya kepada JK. JK terkenal berani dan tegas. Sampai terakhirpun Sby tidak pernah berani berkata tegas kepada JK bahwa Sby tidak berkenan maju dengan JK. Yang ada adalah partai Golkar diminta mengajukan beberapa nama, kemudian Sby yang akan memilih. Padahal jelas sekali Golkar hanya akan memilih JK. Kenapa tidak berani berterus terang?.

 

Mohon kepada bapak Presiden Sby untuk memberi contoh dan teladan kepada rakyat Indonesia apa itu keberanian, apa itu ketegasan. Tidak lain adalah agar supaya bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan menyejahterakan rakyat sehingga disegani dunia. Semua tokoh tahu siapa yang menjadi presiden sesungguhnya saat Sby-JK berkuasa. Sifat penakut memang tidak mudah dihilangkan. Tetapi janganlah sifat itu anda bawa dalam kepresidenan. Negara dan Rakyat taruhannya. Hadapi para menteri yang akan anda evaluasi. Jangan diwakilkan. Tunjukkan keberanian! bukan penakut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline