Lihat ke Halaman Asli

Pecinta Masa Lalu

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oh tuhan, kenapa lagi ini? Yang jelas aku tak suka. Bagian tanpa nama. Begitu lah aku menyebutnya.

Kita sudah kehilangan jejak waktu, tapi mengapa kau tidak benar-benar kehilangan jejak di hatiku? Tetap berbekas walau hanya seberkas.

Entah kenapa aku tak ingin berhenti terpaku pada kamu dan jejak masa yang telah hilang. Yang bahkan tak layak untuk dikenang. Padahal jejak itu nyata! Juga bernyawa! Indah tapi menyedot jiwa!

Aku tahu, aku tak harus berkiblat pada waktu yang tertinggal. Tapi lagi lagi benakku berdengung, otakku pun mulai berdesing berputar mengumpulkan waktu yang tercecer di belakangku.

Seseorang - siapa saja - tolong sadarkan aku. Jangan biar kan bisa memoar dirinya yang indah itu membunuhku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline