Calon Pengantinku Menghilang
Sebut saja namaku Andi. Aku berasal dari desa terpencil di kota blitar.
Desanya indah nan asri bagai hatiku yang saat ini sedang di mabuk cinta. Aku memadu kasih dengan seorang gadis tetangga kampung. Bunga ...... ya namanya bunga. Indah seindah paras dan hatinya.
Kami memadu kasih selama 1 th dan akhirnya aku mengajaknya menikah.
Sempat bingung dia atas keinginanku karena dia masih ingin kuliah.
Akhirnya aku memberikan tawaran kepadanya. Memilih kuliah atau menikah denganku ?
Diapun memilih untuk menikah denganku, Alhamdulillah seraya ku ucap syukur pada Allah.
Selang 4 bulan sebelum pernikahanku, dia bercerita bahwa ibunya menikah lagi dengan seorang duda yang kaya raya. Dan semenjak itu aku rasakan perubahan pada dirinya. Dia yang dulu selalu terbuka denganku kini berubah jadi tertutup dan pendiam.
Aku sendiri tidak tau penyebabnya karena dia tidak mau berterus terang. Pernikahan kami tingga 1 bulan lagi tapi hatiku semakin tidak karuan karena diantara kami sudah jarang komunikasi lagi , sedangkan jika aku main ke rumahnya dia selalu tidak ada di rumah.
Akhirnya seharian aku putuskan untuk menunggu dia di rumahnya walaupun orang tuanya melihatku dengan tatapan sinis. Memang aku anak orang yang tidak puya tapi niatku tulus ingin menikah denganya. Menjelang magrib dia baru bersedia menemuiku.
Aku ingin mendengar kejelasan tentang hubungan kami. Dan dia berkata masih mencintaiku dan ingin menikah denganku. Lega aku mendengar ucapan darinya.
Tepatnya pernikahan kami kurang 3 hari aku kehilangan kontak denganya. Hpnya sama sekali tidak bisa dihubungi. Rumahnya pun tertutup seperti dikosongkan . Aku bertanya pada tetangga sebelah katanya sudah 4 hari rumah itu kosong. Aku berharap bunga menepati janjinya untuk menikah denganku. Ingat akan harapan yang telah kita impikan bersama.
Tapi rasa cemas tidak bisa ku sembunyikan. Kalut bercampur sedih mendera di hatiku.
Undangan sudah di bagikan kepada sanak saudara. Kebutuhan tenda dan rias pengantin sudah dipesan semua, bagaimana jika pernikahanku gagal terntu saja aku tidak puya muka lagi bertemu dengan orang di desaku.
Seharian aku mengurung diri di kamar karena aku shok dan ingin menjernihkan fikiranku. Meminta petunjuk pada Allah Sang Pencipta agar diberi petunjuk dan ketenangan hati. Tiada kata sabar selain yang ku puya dan hanya pasrah dengan Allah moga Allah memberikan yang terbaik buatku.
Benar dugaanku tepat hari pernikahan kami, tidak ada kabar berita dari keluarga mempelai perempuan . Semua orang terheran-heran , jadi tidak ya acara ijab kabulnya ???
Aku mengurung diri di kamar dan tidak bisa meyembunyikan kesedihanku.
Air mata dah tidak bisa aku tahan lagi, keluar tanpa terbendung bagai mata air yang mengucurkan airnya terus menerus.
“Kenapa mereka tidak puya hati, apa susahnya membatalkan pernikahan secara baik-baik tidak dengan jalan seperti ini “. Hatiku terus meronta-ronta tapi tidak berdaya selain rasa ikhlas dan sabar akan ujian Allah Swt.
Moga kisah ini bisa diambil hikmah oleh pembaca semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H