Berhari-hari aku berada jauh darinya, hanya suara yang mengobati rindu kita. Aku sudah terbiasa sebelumnya, hingga kini pun, aku sudah tak terlalu dirisaukan olehnya.
Namun baginya, semuanya sama saja. Sama seperti awal aku pergi jauh dari nya. Rasa cemas dan khawatir selalu mengintainya. Setiap saat dalam keseharian nya, tak pernah sedikitpun lupa kepadaku bertanya. Apa kabar? Bagaimana kuliah? Apa semuanya baik-baik saja?.
Oh ibu, kau memang tak pernah berubah sedikit pun kepadaku. Meski banyak beban berat menimpa keluarga kita, kau selalu tersenyum tatkala aku pulang dan menemui mu.
Meski semua orang menganggap dirimu tidak baik, kau selalu memancarkan aura bahagia dalam dirimu. Wajah tersenyum selalu kau sematkan ketika bertemu orang-orang. Bahkan untuk bertemu orang yang sangat membencimu, kau berikan dia senyuman dan perkataan yang menenangkan.
Entah terbuat dari apa hati dan jiwamu, begitu kuat menyokong segala masalah hidupmu. Seakan semua sudah kau pasrahkan, seakan semua masalah sudah pernah engkau lewati. Seakan tak ada masalah yang terlalu berat buatmu.
Senyummu menyejukkan duniaku, bahagia wajahmu memberi rasa aman terhadapku. Ketika ku pulang, kau memberikan senyuman dan pelukan ketenangan kepadaku. Seakan berusaha menghapus segala beban hidupku.
Jika aku tidak terlalu serakah kepada Tuhan. Aku ingin engkau hidup selamanya. Selama nafasku masih mendesah, selama jantungku masih berdetak. Aku ingin ibuku selalu ada untuk memelukku, menghilangkan segala masalah dalan hidupku. Menjadi penenang kala risau menghantuiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H