Fajar memberi salam hangat kepadaku, kala awan tak mau bersahabat denganku. Kau berusaha memberi ku tanda, meski kabut menyelimuti hingga menjadikannya buta.
Saat kau terbit, terdapat senandung yang menbuatku terusik. Aku mencari sumber suara, dimana hatiku penasaran dengan siapa yang melantunkannya.
Aku berjalan menyusuri lorong rumahku, setiap pintu ku buka hanya ingin tau. Setiap ruangan ku beri terang, hanya untuk melihat lebih lapang.
Aku tertegun kala mendapati, orang yang paling dekat dengan ku sedang duduk menepi. Ibu membaca al qur'an di tengah ruangan dalam rumahku.
Setiap kata dan bacaan yang keluar dari mulutnya, terasa seperti lantunan penenang bagi jiwaku yang hampa.
Aku tak pernah setakjub ini pada seseorang, dia benar-benar membuatku tenang. Lantunan demi lantunan ia bacakan, menbuat jiwaku kembali memiliki ruang.
Aku seketika termenung, tertegun berdiri dibelakang nya yang sedang berlantun. Hingga dia berhenti membaca itu, aku tak sadar sinar fajar telah masuk ke dalam celah rumahku.
Ibu ku berbalik dan tersenyum kepadaku, nenatap diriku dengan penuh ketenangan. Memberiku rasa damai dan aman dalam perlindungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H