Lihat ke Halaman Asli

Sisi Selatan Sumatera

Diperbarui: 6 Januari 2016   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin pagi yang berhembus pada saat matahari mulai menampakan sinarnya, membuat perjalanan saya terasa sejuk. Jam menunjukan pukul 05.30 WIB didaerah padang cermin disisi selatan kota lampung, suasana pantai pun sudah terasa nyaman di hati ini. Dengan perjalanan yang sangat melelahkan dan jauh dari ibukota jakarta, saya rasa ini hadiah yang pantas untuk saya dapatkan. Lukisan keindahan alam yang sudah terlihat jelas didaerah ini, membuat hati semakin rindu akan hembusan angin pantai.

Perjalanan kali ini akan saya awali dengan rencana kami 9 orang remaja yang ingin pergi mendaki gunung, tetapi ada suatu kendala yaitu transportasi menuju daerah yang dituju tidaklah ada. Selama hampir 3 jam dari jam 15.00-18.00 WIB kami mencari transportasi yang menuju kedaerah tersebut tidaklah satu pun ada, dan matahari pun mulai terbenam diterminal kampung rambutan. Perjalanan tidaklah selesai disitu, kami pun masih harus mencari angkot menuju rumah kami masing-masing. Ditengah perjalanan pulang kami melihat 2 orang asing yang sama sekali tidak kami kenal, dan setelah hampir setengah jam kami berbincang barulah kami mengetahui mereka pun juga memiliki tujuan yang sama. Pada akhirnya kami pun membuat wacana untuk menuju ke daerah lampung yaitu pulau kelagian dan pada saat yang sama kami berbincang kepada 2 orang asing tersebut, saya ingat namanya waktu itu adalah bang ucok dan ka lia.

Setelah beberapa lama kami pun sepakat dengan mereka untuk melakukan trip bersama menuju pulau kelagian, perjalanan pun dimulai dari kami menaiki bis patas ac menuju pelabuhan merak yang ditempuh selama kurang lebih 3jam perjalanan darat. Diperjalanan pun kami saling mengenal satu sama lain, dan tak terasa 3 jam telah berlalu kami berhenti pada pemberhentian terakhir dipelabuhan merak. Setelah turun dari bis kami pun melanjutkan membeli tiket kapal ferry untuk menyebrang menuju pelabuhan bakauheni, perjalanan yang melelahkan membuat kami beristirahat sejenak dikapal selama 3 jam sebelum sampai pelabuhan bakauheni.

Kami pun tersadar ketika kapten kapal memberitahukan bahwa kapal akan segera sampai pada pelabuhan, kami bersiap untuk turun dan melanjutkan perjalanan. Kami yang sama sekali tidak mengenal daerah lampung sangatlah kebingungan mencari transportasi menuju tanjung ketapang, hingga pada akhirnya kami menemukan carteran angkot yang mau mengantarkan kami menuju ketempat yang kami inginkan.

Waktu telah menunjukan pukul 02.30 WIB disaat kami berjalan menuju tanjung ketapang, setengah jam pertama kami diberitahu oleh supir angkot bahwa disebelah kiri jalan yang kami lalui terdapat gunung rajabasa. Konon katanya ketika kita sampai dipuncak gunung jika beruntung kita akan bisa melihat batu ditengah danau yang bisa kita naiki dan jika kita sial sebelum sampai puncak akan menemui sebuah ular besar penunggu gunung itu dan kata masyarakat setempat ketika menemui itu kita harus segera cepat turun atau akan terkena sial. Disepanjang perjalanan menuju tanjung ketapang walaupun gelap sangatlah terlihat gugusan bukit barisan yang terkenal di pulau sumatera.

Setelah 3 jam perjalanan kita sudahlah sampai didaerah padang cermin yang saat itu terlihat sunrise menakjubkan pada jam 05.30 WIB, harus menempuh 20 menit lagi menuju tanjung ketapang. Sesampainya di tanjung ketapang kami turun dari angkot lalu mencari makan untuk menambah energi pagi hari. Butuh beberapa jam untuk bertanya pada masyarakat setempat tentang kapal yang akan kami naiki untuk menyebrang, kami hampir tidak dapat kapal dikarenakan mendadak dan semua kapal terpakai. Walaupun kami kelelahan tetapi semangat kami tetap terjaga karena pemandangan yang menakjubkan didepan mata sangatlah indah.

Setelah beberapa jam negosiasi dengan pemilik kapal yang sedang menunggu tamu, akhirnya kami mendapatkan satu kapal yang ingin menyebrang kepulau kelagian. Setengah jam ditempuh oleh kapal warga lokal menuju pulau kelagian dan akhirnya kami pun sampai ditujuan. Indahnya pemandangan laut yang dilatar belakangi oleh bukit barisan dengan pasir yang bertekstur seperti tepung terigu membuat perjalanan yang melelahkan dan membosankan langsung hilang seketika. Air yang biru dengan desiran ombak kecil membuatku semakin ingin berenang didalamnya, dangkalnya air membuatku semakin tidak tahan untuk berlari menuju pantai nan indah kreasi Tuhan yang maha pencipta.

Lalu selang berapa lama kami turun dari dermaga, penjaga pulau kelagian menghampiri kami meminta data kami semua dan memberi selembaran untuk tetap menjaga keindahan pulau. Setengah jam berada dipantai, kami pun mencari tempat teduh untuk membuka tenda sekaligus makan siang dengan makanan yang telah kami bawa. Alih-alih berencana mendaki gunung dengan membawa peralatan lengkap ternyata kami menuju pulau yang sama sekali tidak pernah kami singgahi, sungguh Tuhan mempunyai rencana lain dibalik semua ini.

Tenda pun telah berdiri dengan gagah menghadap pantai dengan latar bukit barisan yang terkenal itu, tak ada waktu untuk bercanda akhirnya saya pun melepas pakaian lalu berlari menuju pantai yang sudah lama saya rindukan. Akhirnya kami pun berenang bersama dipantai yang indah itu melepas kepenatan yang selama ini membelenggu dalam diri masing-masing individu. Sejam kami bermain dipantai tidaklah kami melihat bang ucok dan ka lya, ternyata mereka malah asik menyusuri seisi pulau itu.

100 meter disisi barat dan timur dari bibir pantai terdapat pohon bakau yang sangat banyak mengelilingi pulau itu. Seakan pulau pribadi lalu kami bertanya kepada warga lokal yang menjaga warung dipantai itu ternyata pulau yang kami datangi adalah tempat pelatihan militer dilampung yang sudah tidak terpakai lalu dijadikan objek wisata yang dikelola oleh pemerintah lampung.

Suasana yang sangat sejuk dan tenang yang menyelimuti pulau ini membuat waktu seakan cepat berlalu, bersama yang lain saya bercanda gurau menikmati indahnya laut didepan mata. Tak terasa matahari telah terbenam di ufuk barat pulau kelagian, terbayarlah semua dengan keindahan yang ada pada saat itu. Sore talah berganti malam saatnya kami untuk membuat api unggun agar bisa menghangatkan badan hingga mata terpejam, setelah semua tertidur lelap dan saya masih tetap terjaga ditemani desiran ombak yang mulai kencang dikarenakan laut pasang.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline