Lihat ke Halaman Asli

Renny Bengu

Dosen, Guru, Penulis, Editor, Peneliti dan Pengarang

Kurikulum Akomodatif untuk Meningkatkan Pendidikan Inklusif

Diperbarui: 24 Februari 2024   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/Renny Bengu

Bimtek Kurikulum Akomodatif untuk Meningkatkan Pendidikan Inklusif di Surabaya

Sebuah Bimbingan Teknis (Bimtek) yang bertema Kurikulum Akomodatif diselenggarakan di Aula SMP Gloria 1 Surabaya pada hari Sabtu (24/2). Narasumber utama acara ini adalah Dr.Ahsan Romadlon Junaidi,M.Pd ,  dosen dari Universitas Negeri Malang yang memiliki keahlian khusus dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Acara tersebut dihadiri oleh kepala sekolah, wakil kepala kurikulum, ketua MGMP, dan perwakilan guru mapel dari berbagai sekolah SMP di Surabaya. Total 150 peserta hadir untuk mengikuti diskusi dan pembahasan terkait implementasi kurikulum yang dapat menjangkau semua peserta didik, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Dokpri/ Renny Bengu

Dr.Ahsan Romadlon Junaidi,M.Pd  memandang pentingnya pengembangan kurikulum yang fleksibel untuk menjawab tantangan keberagaman peserta didik di sekolah. Dalam konteks penerapan Permendikbudristek No. 48 Tahun 2023 yang mengharuskan setiap sekolah reguler menerima siswa berkebutuhan khusus, Surabaya menegaskan komitmennya sebagai kota ramah anak dan layak anak.

Diskusi  juga mengangkat isu seputar anak-anak yang lambat belajar, kebutuhan khusus, dan disabilitas. Ibu Nila dari Nahdul Ulum menyampaikan pengalaman tentang manfaat pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolahnya. Di sisi lain, Pak Johan dari SMP Sampoerna menekankan pentingnya tidak menyimpulkan anak sebagai anak berkebutuhan khusus atau disabilitas tanpa melakukan tes dan observasi yang cermat.

Dalam kesimpulan diskusi, Ibu Renny dari YBPK-4  menyoroti bahwa disabilitas adalah bagian dari kebutuhan khusus, tetapi tidak semua kebutuhan khusus bersifat disabilitas. Kebutuhan khusus berkaitan dengan hubungan interaksi anak dengan lingkungan sosialnya, sementara disabilitas melibatkan adanya anomali pada fungsi tubuh. Dengan pemahaman ini, pendidikan inklusif di Surabaya dapat terus ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi semua peserta didik, tanpa terkecuali.

Diskusi yang dipimpin oleh Dr. Aksan mengulas ruang lingkup akomodasi dalam kurikulum, seperti tujuan, isi, proses, dan penilaian pembelajaran. Dia menyoroti perlunya pendekatan yang berbeda dalam menyesuaikan pembelajaran untuk setiap peserta didik, agar mereka dapat mencapai potensi mereka dengan optimal.

Pada sesi kedua, Dr.Ahsan menjelaskan tentang tugas kelompok yang melibatkan penyusunan modul ajar untuk satu mata pelajaran berdasarkan kasus nyata peserta didik berkebutuhan khusus dalam satu kelas. Hal ini diharapkan dapat membantu para guru dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih inklusif dan efektif.

Dokpri/ Renny Bengu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline