Lihat ke Halaman Asli

Hilda Amelia

Mahasiswa

Elegi Cinta dalam Dekapan Bentala

Diperbarui: 28 Juni 2024   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Elegi cinta dalam dekapan bentala

Karya : Hilda Amelia

 

Terlalu banyak luka yang dipendam Bumantara 

Terlalu banyak tuntutan pada dirinya.

Lambat laun menjadi mendung yang sangat pekat hitamnya

Sekuat tenaga ia memendam luka dalam lubuk hati dengan berpurabahagia. 

 

Waktu demi waktu ia lalui dengan tenangnya

Sepoi angin membuat pekatnya mega menjadi sedikit cerah

Tidak ada satupun objek dalam semesta tahu tentang lukanya

Hingga akhirnya Bumantara tak sanggup lagi memendam beratnya luka

Yang terus berdatangan dari berbagai penjuru semesta. 

 

Di langit Bentala, dia meminta hak atas luka yang selama inimenimpanya

'Maaf jika rinai hujan begitu gemuruh, 

badai petir membuatmu terganggu,' ucapnya pada bentala

 

Bumantara hanya butuh dekapan

Dari objek yang memusnahkan rasa kesepian

Ingin bersandar atas segala tuntutan.

Bumantara ingin rehat sejenak dari riuhnya isi pikiran

Nyatanya dia sendiri dalam kesepian dan

Tanpa sadar bentalanya menjadi pelampiasan.

Maaf bentala, langitmu seakan menjadi pelampiasan 

dengan mendung dan hujan 

 

Di kegelapan malam yang pekat, Bumantara duduk sendiri di tepidanau yang tenang. Cahaya remang-remang rembulan menyorot wajahnya yang lelah.Ia merenung, mengingat setiap kata-kata puisi yang pernah ia tulis. Puisi-puisiyang menggambarkan perasaannya yang terpendam dalam luka.

Terlalu banyak luka yang dipendam Bumantara, terlalu banyaktuntutan pada dirinya. Kata-kata itu bergema di benaknya, seperti mantra yangterus-menerus ia ulang dalam diam. Lambat laun, mendung hitam dalam hatinyamulai memudar sedikit demi sedikit. Bukan karena luka-luka itu sembuh, tapikarena ia belajar untuk meredamnya, menyimpannya lebih dalam lagi di dalamrelung jiwa yang gelap. Dia tidak lagi ingin memendam luka-luka itu sendirian.Dia ingin melepaskannya, memberikan haknya pada langit Bentala yang setiamenyaksikan segala rasa sakitnya.

"Bentala, maafkan gemuruh hujan ini," gumamnya perlahan. "Aku hanya ingin menyerahkan beban ini,meminta hak untuk merasakan luka yang begitu dalam."

Malam itu, di tepi danau yang tenang, Bumantara membiarkan airhujan membasuh wajahnya yang penuh dengan air mata. Dia mengangkat tangannya kelangit, meraih dekapan Bentala yang membawa kelegaan baginya. Akhirnya, diamerasa sedikit lega. Sedikit lebih ringan dari beban yang selama ini dipikulnyasendiri.

"Bentala, aku tidak tahu lagi harus ke mana," bisiknya,matanya menatap hamparan langit yang semakin kelam. "Kau adalahsatu-satunya tempat di mana aku bisa menumpahkan semua ini."

Dalam kerendahan hati yang dalam, Bumantara menyadari bahwa langitmungkin hanya bentuk fisik dari apa yang ia rasakan dalam dirinya. Dalammendung dan hujan, ia melihat cerminan dari perasaannya yang gelap."Maafkan langitmu yang menjadi saksi atas semua rasa ini," ucapnyapenuh pengertian, seakan mengirim pesan pada alam semesta yang tak bisamendengar.

Langit Bentala tetap gelap dengan mendung dan hujan, tapi bagiBumantara, langit itu kini tidak lagi menjadi pelampiasan. Ia merasa sudahmendapatkan sedikit kedamaian dalam membebaskan luka-lukanya. Dalam hati, iamerasa telah melepaskan beban yang begitu lama menghimpitnya.

 

Pertemuandengan Indurasmi

Ketika hujan mulai mereda, Bumantara bangkit dari tempat duduknya. Langkahnyaagak terhuyung-huyung menuju ke arah pepohonan yang rimbun di tepi danau. Diantara bayangan-bayangan yang diterangi sinar rembulan, ia melihat sesosokwanita cantik berdiri sendirian di bawah pohon besar.

Wanita itu mengenakan gaun putih yang berkilauan, seolah-olahterbuat dari cahaya bintang. Rambutnya yang panjang tergerai, mengalir sepertiair sungai yang tenang. Matanya memancarkan kedamaian dan kehangatan yanganehnya membuat hati Bumantara yang resah menjadi tenang.

Dengan langkah hati-hati, Bumantara mendekati wanita tersebut."Siapa kau?" tanyanya dengan suara bergetar. "Apakah engkauhanya bayangan dari anganku yang putus asa?"

Wanita itu tersenyum lembut. "Aku adalah Indurasmi, peripenjaga danau ini. Aku telah mendengar tangisan dan ratapan hatimu sejak lama,Bumantara."

Bumantara terkejut. "Kau tahu namaku?"

Indurasmi mengangguk. "Bentala menceritakan banyak haltentangmu. Tentang lukamu, perjuanganmu, dan cinta yang kau pendam. Malam ini,aku datang untuk membantu mengangkat sebagian beban yang kau rasakan."

Bumantara merasa air mata kembali menggenang di matanya. "Akutelah kehilangan banyak hal, Indurasmi. Luka-luka ini... terlalu dalam untukdisembuhkan."

Indurasmi mendekat, mengulurkan tangan lembutnya dan menyentuh pipiBumantara yang basah. Sentuhannya terasa seperti embun pagi yang menyegarkan."Luka memang meninggalkan bekas, tetapi dari bekas itu kau bisa menemukankekuatan baru. Kehadiranmu di sini, di tepi danau ini, adalah langkah pertamamenuju penyembuhan."

Bumantara merasakan kehangatan dan kedamaian menyusup ke dalamhatinya. "Bagaimana aku bisa melupakan rasa sakit ini?" tanyanya.

Indurasmi tersenyum lagi, kali ini dengan penuh harap. "Tidaksemua rasa sakit harus dilupakan. Kadang, rasa sakit itu perlu dikenang untukkita belajar dan tumbuh. Biarkan aku membantumu merangkul luka itu, bukan untukmelupakan, tapi untuk menjadikannya bagian dari perjalananmu."

Kala itu, tepi danau yang tenang, Bumantara merasakan sesuatu yangberbeda. Dengan bimbingan Indurasmi, ia mulai memahami bahwa luka-lukanyaadalah bagian dari dirinya, bagian yang membentuk siapa dirinya sekarang. Danmeskipun langit Bentala masih dipenuhi mendung, di dalam hatinya mulai terbitmatahari yang memberikan harapan baru.

Bumantara dan Indurasmi berbicara sepanjang malam, berbagi ceritadan perasaan. Di bawah sinar rembulan yang semakin terang, mereka berduamenemukan kekuatan dalam kebersamaan. 

Saat fajar mulai menyingsing, Bumantara merasa hatinya lebih ringandaripada sebelumnya. "Terima kasih, Indurasmi. Kau telah membantukumenemukan jalan untuk meraih kedamaian."

Indurasmi tersenyum lembut, kemudian menghilang perlahan bersamasinar mentari yang mulai menerangi langit. Bumantara tahu, meskipun Indurasmitidak selalu terlihat, keberadaannya akan selalu ada dalam hatinya,membimbingnya melewati setiap hari yang baru dengan harapan dan keberanian.

Dengan langkah mantap, Bumantara berjalan kembali dari tepi danau,membawa serta semangat baru dalam jiwanya. Hari-hari tanpa kehadiran Indurasmimungkin masih penuh tantangan, tetapi ia tahu sekarang bahwa ia tidak lagisendirian dalam menghadapi dunia ini

 

Cinta diTepi Danau

Hari-hari berikutnya, Bumantara kembali ke tepi danau setiap malam.Ia berharap dapat bertemu lagi dengan Indurasmi, peri cantik yang telahmembantunya menemukan kedamaian. Setiap kali ia mendekati danau, hatinyaberdebar-debar, penuh harap akan kehadiran sosok yang membuat hidupnya lebihbermakna.

Pada suatu malam yang cerah, saat rembulan bersinar terang danlangit Bentala bersih dari awan, Indurasmi kembali muncul di bawah pohon besar.Bumantara tersenyum lebar melihatnya, dan dengan cepat menghampiri peri itu.

"Indurasmi, aku senang kau kembali," kata Bumantaradengan suara penuh kehangatan.

Indurasmi membalas senyumannya. "Aku selalu di sini,Bumantara. Hatiku telah terikat dengan hatimu sejak pertama kali aku mendengarkisahmu."

Sejak malam itu, mereka menghabiskan waktu bersama setiap malam. Dibawah sinar rembulan, mereka berbagi cerita dan impian. Indurasmi menunjukkankepada Bumantara keajaiban alam dan rahasia-rahasia danau yang tidak pernahdiketahui manusia. Mereka tertawa bersama, merenung bersama, dan dalamkebersamaan itu, mereka saling jatuh cinta.

Bumantara merasa hidupnya berubah. Luka-luka di hatinya masih ada,tapi dengan kehadiran Indurasmi, luka-luka itu terasa lebih mudah dihadapi.Indurasmi menjadi cahayanya, pembimbingnya, dan lambat laun menjadi cintanya.

Saat Mentari mulai terlelap, saat bintang-bintang bertaburan dilangit, Bumantara dan Indurasmi duduk berdua di tepi danau. "Asmaraloka begitu indah ketikasemesta menghadirkan Indurasmi di dalamnya," gumam Bumantara sambilmemandang wanita di sebelahnya. Indurasmi menoleh, matanya memancarkankelembutan. 

Indurasmi menatapnya, matanya bersinar lembut. "Bumantara, akupercaya bahwa kebahagiaan itu ada di setiap sudut semesta ini, kita hanya perlumembuka hati dan menerima apa yang datang."

Bumantara tersenyum kagum dengan apa yang dikatakan indurasmi, dia mengumpulkankeberaniannya untuk mengungkapkan perasaannya. "Indurasmi, aku merasahidupku berubah sejak kau hadir. Hatiku yang dulu penuh luka kini mulai sembuh.Aku... aku mencintaimu."

Indurasmi menatap Bumantara dengan mata lembutnya. "Bumantara,sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama. Sejak pertama kali aku melihatmu,aku tahu ada ikatan yang kuat di antara kita. Aku mencintaimu, lebih dari apapun."

Mereka saling berpelukan, merasakan kehangatan dan cinta yangmengalir di antara mereka. Malam itu, di tepi danau yang tenang, merekamerayakan cinta yang tulus dan murni. Waktu terasa berhenti ketika merekabersama, dan dunia seakan hanya milik mereka berdua.

Hari-hari berlalu, dan malam-malam penuh keajaiban terus berlanjut.Bumantara dan Indurasmi menjelajahi hutan, menjelajah danau, dan menikmatisetiap momen yang mereka miliki bersama. Cinta mereka tumbuh semakin kuat,menguatkan satu sama lain di setiap langkah yang mereka ambil.

Bumantara, yang dulu terjebak dalam luka dan kesedihan, kini hidupdengan penuh semangat dan harapan. Indurasmi, peri cantik yang penuh kasihsayang, selalu berada di sisinya, membimbingnya melalui setiap rintangan.Bersama, mereka menemukan kebahagiaan yang sejati, di bawah sinar rembulan danbintang-bintang yang menjadi saksi cinta mereka.

Pada malam yang indah, saat langit Bentala cerah tanpa awan saatrembulan bersinar sangat terang, Bumantara memutuskan untuk mengikat janjinyakepada Indurasmi. Di tepi danau yang tenang, dengan rembulan sebagai saksi, iaberkata, "Indurasmi, maukah kau menjadi pendampingku, selamanya?"

Indurasmi tersenyum, matanya berkilauan seperti Cahaya rembulan danpenuh kebahagiaan. "Ya, Bumantara. Aku akan selalu bersamamu,selamanya." Indurasmi menjawab tanpa berpikir bahwa manusia dan peri tidakbisa bersama dan dilarang saling jatuh cinta.

Di bawah sinar rembulan yang lembut, Bumantara dan Indurasmibersatu dalam cinta yang abadi. Danau yang tenang, hutan yang rimbun, danlangit Bentala yang luas menjadi saksi kisah cinta mereka yang tak akan pernahpudar. Bersama-sama, mereka menjalani hari-hari dengan penuh cinta dankebahagiaan, saling menguatkan dan menyembuhkan, hingga akhir waktu.

***

"Asmaraloka begitu indah ketika semesta menghadirkan indurasmi didalamnya."

Hiruk pikuk semesta terlalu riuh, tumpukan masalah membuat insanrapuh, bak hujan tanpa tempat untuk berteduh. Aku memejamkan mata berkhayalakan datang seorang putri kahyangan. Aku membuka mataku kembali untukberpura-pura bahagia. Seketika datanglah warna-warna yang indah, Asmaralokadipenuhi bunga-bunga. Aku tak tahu ini ulah siapa. Aku melihat bayang wanitayang ingin sekali aku miliki. Benar, dia adalah indurasmi. Ternyata dia yangmembawa keindahan ini, dia datang menghampiri dengan pelangi yang mengelilingi,Rasanya semua hiruk pikuk seketika menghilang bersama dengan datangnyaindurasmi. Nabastala ikut menari nari, melihat Bumantara yang sedang jatuhhati.

 

Danaumenjadi saksi bisu keromantisan

Hari-hari Bumantara dan Indurasmi semakin dipenuhi oleh kehangatandan cinta. Setiap malam, mereka saling bertemu di tepi danau, menciptakankenangan yang tak terlupakan. Romantisme mereka kian terasa dalam setiapkebersamaan, diiringi oleh harmoni alam yang seakan turut merayakan cintamereka.

Pada malam yang syahdu, langit Bentala penuh dengan bintangberkilauan, Indurasmi mengajak Bumantara berjalan-jalan di sekitar danau."Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu," kata Indurasmi dengansenyuman misterius.

Bumantara mengikuti Indurasmi yang memimpin jalan dengan anggun.Mereka tiba di sebuah tempat di tepi danau yang dipenuhi bunga-bunga liar yangindah. Cahaya rembulan memantul di permukaan danau, menciptakan pemandanganyang magis. Indurasmi mengarahkan tangan Bumantara ke arah sebuah batu besaryang terletak di tengah-tengah bunga-bunga tersebut.

"Di sini," kata Indurasmi, "aku sering duduk danmemikirkanmu sebelum kita bertemu. Tempat ini adalah saksi bisu dari doa-doakuagar kita bisa bersatu."

Bumantara merasakan kehangatan yang mendalam dalam hatinya."Indurasmi, kau begitu berarti bagiku. Setiap hari bersamamu adalahanugerah yang tak ternilai."

Indurasmi tersenyum, matanya berbinar penuh cinta. "Dan kau,Bumantara, adalah cahaya dalam hidupku. Kehadiranmu mengubah segalanya menjadilebih indah."

Mereka duduk berdua di atas batu besar, saling merangkul danmenikmati keindahan alam di sekitar mereka. Bumantara memetik bunga liar yangtumbuh di dekatnya dan menyelipkannya di rambut Indurasmi. "Kau adalahbunga terindah di antara semua bunga, Indurasmi."

Indurasmi tersipu malu, namun hatinya penuh dengan kebahagiaan."Kau selalu tahu bagaimana membuatku merasa istimewa, Bumantara."

Malam itu, mereka berbicara tanpa henti, tertawa, dan berbagimimpi-mimpi mereka. Ketika fajar mulai menyingsing, mereka berdua berbaring diatas rerumputan yang lembut, memandang langit yang mulai berubah warna.Bumantara merasakan kedamaian yang luar biasa, seolah-olah semua luka dan bebanhidupnya telah lenyap.

Pada malam-malam berikutnya, Bumantara dan Indurasmi seringmenghabiskan waktu dengan berlayar di atas perahu kecil di danau. Mereka akanmendayung perlahan, membiarkan perahu terapung di tengah danau sementara merekaberbaring sambil menatap bintang-bintang. Bumantara sering membawa alat musiksederhana dan memainkan melodi-melodi lembut yang membuat Indurasmi terpesona.

Pada malam yang syahdu, saat mereka berada di tengah danau,Bumantara mengambil tangan Indurasmi dan berbisik, "Indurasmi, setiapdetik bersamamu adalah keajaiban. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmenciptakan keajaiban-keajaiban ini bersamamu."

Indurasmi tersenyum, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya."Bumantara, aku juga merasakan hal yang sama. Bersamamu, aku menemukanmakna cinta yang sesungguhnya."

Di bawah sinar rembulan yang terang, mereka saling berjanji untukselalu bersama, apa pun yang terjadi. Cinta mereka tumbuh semakin kuat, semakindalam, seperti akar pohon besar yang tak tergoyahkan oleh badai. Mereka tahubahwa hidup tidak akan selalu mudah, tapi dengan cinta yang mereka miliki,mereka yakin bisa mengatasi segala rintangan.

Waktu terus berlalu, dan cinta mereka tetap membara. Setiap malamdi tepi danau menjadi saksi kisah romantis yang tak pernah pudar. Bumantara danIndurasmi, dua jiwa yang saling menemukan dalam kesendirian, kini bersatu dalamcinta yang abadi, menciptakan kenangan-kenangan indah yang akan terus hidupdalam hati mereka selamanya.

 

Perpisahandi Tepi Danau

Malam itu, langit Bentala gelap dan hujan turun deras. Bumantaraduduk sendirian di tepi danau, menunggu Indurasmi. Hatinya penuh kegelisahan,seakan ia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Ketika ia mendengarlangkah-langkah lembut mendekat, Bumantara melihat Indurasmi muncul dari balikpepohonan, tapi kali ini wajahnya tampak muram.

"Indurasmi, ada apa?" tanya Bumantara dengan cemas. Iameraih tangan Indurasmi, merasakan dinginnya yang tak biasa.

Indurasmi menundukkan kepala, air mata mengalir di pipinya."Bumantara, aku harus memberitahumu sesuatu yang sangat sulit,"katanya dengan suara bergetar. "Waktuku di bumi telah habis. Aku haruskembali ke kahyangan."

Bumantara terperanjat, jantungnya seakan terhenti. "Apamaksudmu? Kenapa kau harus pergi? Kita bisa menghadapi apa pun bersama."

Indurasmi menatapnya dengan mata penuh kesedihan. "Aku telahmelanggar aturan kahyangan. Peri tidak boleh jatuh cinta pada manusia, dankarena itu, aku harus kembali. Jika tidak, aku akan kehilangan keabadianku danselamanya terpisah dari dunia peri."

Bumantara merasa dunia di sekelilingnya runtuh. "Tidak,Indurasmi. Kita bisa mencari cara, kita bisa... Kita bisa melawan aturanitu."

Indurasmi menggelengkan kepala. "Tidak ada yang bisa kitalakukan, Bumantara. Aturan ini sudah ada sejak dahulu kala. Jika aku tidakkembali, aku tidak hanya akan kehilangan keabadianku, tetapi aku juga akankehilangan kenangan tentang kita."

Tangis Bumantara pecah. "Aku tidak bisa membayangkan hiduptanpa dirimu. Kau adalah segalanya bagiku, Indurasmi."

Indurasmi memeluk Bumantara erat, air mata mereka bercampur denganhujan yang turun. "Aku juga tidak bisa membayangkan hidup tanpa dirimu,Bumantara. Tapi cinta kita harus abadi dalam kenangan. Setiap bintang di langitBentala akan menjadi saksi cinta kita yang abadi."

Mereka berdua berdiam dalam pelukan, merasakan setiap detik yangtersisa. Ketika fajar mulai menyingsing, Indurasmi perlahan melepaskanpelukannya. "Aku harus pergi sekarang. Ingatlah, Bumantara, cintaku padamutidak akan pernah pudar, meskipun aku tidak lagi di sini."

Bumantara menggenggam tangan Indurasmi untuk terakhir kalinya."Aku akan selalu mengenangmu, Indurasmi. Setiap malam, aku akan datang ketepi danau ini dan merasakan kehadiranmu di setiap hembusan angin, di setiapriak air."

Indurasmi tersenyum lembut, meskipun air mata masih mengalir."Selamat tinggal, cintaku. Jagalah hatimu."

Dengan satu ciuman lembut di kening Bumantara, Indurasmi mulaiberjalan menjauh. Tubuhnya perlahan memudar menjadi cahaya, menghilang diantara tetes-tetes hujan yang masih tersisa. Bumantara jatuh berlutut di tepidanau, menangis tanpa suara, merasakan kehilangan yang mendalam.

Malam itu, danau yang tenang menjadi saksi perpisahan dua hati yangsaling mencintai. Langit Bentala yang gelap menampung setiap air mataBumantara, dan rembulan yang bersembunyi di balik awan menjadi saksi bisu cintayang tak pernah terhapus.

***

Di dalam mauna ratri yang sunyi

Indurasmi merayap, merentang pilu di hati

Bagai bayangan yang menghatui

Langkah menari-nari bumantara pun bersei

 

Mauna ratri yang penuh esensi

Waktu yang selalu berarti

Tapi indurasmi Kembali pergi

Meninggalkan bumantara dalam sunyi

 

Kesunyian dalam keindahan yang hampa, seperti

Cahaya yang redup dalam kelamnya malam yang sepi

Menyentuh jiwa getar pilu hati

Indurasmi meninggalkan renjana bak danastri

 

 

Bumantaradengan Mauna Ratri yang Sunyi

Bumantara sangat terpukul dengan kepergian Indurasmi. Setiap malam,dia kembali ke tepi danau yang sepi, tempat di mana mereka sering berbagi cintadan kebersamaan. Namun kini, hanya ada kehampaan dan kesepian yang menyelimutihatinya.

Malam-malam berlalu tanpa makna baginya. Bumantara merasa sepertikehilangan bagian dari dirinya yang paling berharga. Dia mencoba untukmelanjutkan hidupnya, tetapi bayangan Indurasmi selalu menghantui pikirannya.Tiap riak air dan setiap hembusan angin di danau mengingatkannya pada sosokyang begitu dicintainya.

Hari demi hari, kesedihan Bumantara semakin dalam. Dia merasaseperti hidupnya tidak lagi memiliki warna. Tapi di balik rasa sakit itu, adakekuatan yang tumbuh, kekuatan dari cinta yang mereka bagi. Meskipun fisikIndurasmi telah tiada, cinta mereka tetap abadi dalam ingatan dan hatiBumantara.

Bumantara terus menulis puisi-puisi tentang cinta dan kehilangan.Dia mengabdikan setiap kata untuk mengenang kenangan indah bersama Indurasmi.Puisi-puisinya menjadi cara baginya untuk meredakan perasaan yang begitumendalam.

Malam-malam sendirian di tepi danau, Bumantara sering merenung. Diamemandang ke langit yang dipenuhi bintang-bintang, mengingat kata-kata terakhirIndurasmi padanya. Meskipun fisiknya telah tiada, Indurasmi selalu hadir disetiap sudut danau, dalam setiap serpihan kenangan yang tersisa.

Bumantara belajar untuk menerima kenyataan bahwa cinta sejati tidakselalu berakhir dengan kehadiran fisik. Indurasmi tetap bersamanya dalam setiaplangkahnya, membimbingnya melalui kesedihan menuju kedamaian.

Dalam kesendirian dan keheningan, Bumantara menemukan kekuatanuntuk melanjutkan hidupnya. Dia tahu bahwa setiap langkah yang dia ambil selaludiiringi oleh cinta yang mereka bagikan. Meskipun berat, dia mulai melihatkehidupan dengan cara yang baru, dengan Indurasmi selalu ada di hatinya.

Seiring waktu, Bumantara belajar untuk mengenang Indurasmi dengansenyuman. Dia tahu bahwa meskipun perpisahan terasa begitu menyakitkan, cintasejati akan terus hidup di dalamnya. Setiap malam di tepi danau, diamenyampaikan doa-doa untuk kebahagiaan Indurasmi di alam lain.

Dan meskipun hidupnya tak lagi sama tanpa kehadiran Indurasmi,Bumantara menemukan kedamaian dalam keyakinan bahwa cinta mereka adalah sesuatuyang abadi. Mereka berbagi satu cerita cinta yang tak terlupakan, di bawahsinar rembulan dan bintang-bintang yang bersaksi.

Seiring matahari terbit dan fajar menyingsing, Bumantara melangkahmaju dengan memori Indurasmi sebagai cahaya yang selalu membimbingnya. Dia tahubahwa cinta mereka akan terus membentang di sepanjang waktu, menghadirkankeindahan dalam kenangan yang mereka bagi.

Waktu berlalu, dan Bumantara tumbuh menjadi sosok yang lebihbijaksana dan kuat. Setiap malam, di bawah langit yang dipenuhi bintang, iamerenungkan cinta yang pernah dimilikinya bersama Indurasmi. Meski perpisahanitu menyakitkan, ia tahu bahwa cinta mereka telah memberikan makna dankeindahan dalam hidupnya yang tak akan pernah pudar.

Bumantara dan Indurasmi, meski terpisah oleh alam yang berbeda,tetap bersatu dalam cinta abadi yang melampaui batas waktu dan ruang. Danauyang tenang dan langit Bentala yang luas terbentang akan selalu menjadi saksikisah cinta mereka yang tak akan pernah terlupakan.

 

PerjuanganIndurasmi di Kahyangan

Di Kahyangan, Indurasmi merasa kesepian meskipun dikelilingi olehkeindahan dan kemewahan. Pikirannya selalu tertuju pada Bumantara, pria yangtelah mencuri hatinya. Setiap malam, ia memandang bumi dari kejauhan, berharapbisa kembali dan bersama Bumantara lagi.

Suatu hari, Indurasmi mendengar bisikan dari peri tua bijak diKahyangan. "Indurasmi, ada cara agar kau bisa kembali ke bumi dan menjadimanusia seutuhnya. Namun, ini bukan tugas yang mudah."

Indurasmi mendekat dengan penuh semangat. "Tolong, katakancaranya. Aku akan melakukan apa saja untuk bisa kembali kepada Bumantara."

Peri tua itu mengangguk pelan. "Prosesnya sangat berisiko.Saat kau mengalami metamorfosis, seseorang harus melemparkan panah tepat padahatimu. Jika panah itu meleset, kau tidak akan pernah bisa menjadi manusia danharus tetap di Kahyangan selamanya."

Indurasmi mengangguk dengan tekad bulat. "Aku harus mencoba.Cinta kami terlalu kuat untuk diabaikan."

Peri tua itu memberinya sebuah panah khusus yang terbuat daricahaya bintang. "Ini adalah panah yang harus digunakan. Berikan kepadaseseorang yang kau percaya, dan semoga cinta kalian akan membimbing panah itudengan tepat."

Dengan hati penuh harapan, Indurasmi memohon kepada para dewa untukmemberinya kesempatan kembali ke bumi. Para dewa tersentuh oleh cintanya yangtulus dan mengabulkan permohonannya.

***

Swastamitadatang merentang pada garis cakrawala dengan terangnya, menandakan baskara akansegera bergegas meninggalkan langit bentala. Sepoi anila dalam mauna ratrimenemani bumantara yang sedang bersedih hati. Di bawah pohon rindang, bumantaraberdialog seorang diri Bagai gelandang

"indurasmi,kenapa kau tega meninggalkanku dalam mauna ratri yang sunyi?"

"Asmaralokakutak akan indah jika tak ada hadirmu di sana"

"Renjanaini kian menggebu teringat parasmu yang ayu"

Kembalike Bumi

Ketika mauna ratri yang semakin mencekam, bumantara masih berharapindurasmi Kembali, hingga terlelap dalam malam yang gelap. Bumantara terbangunmerasakan kehangatan yang berbeda, dia merasakan kehadiran yang sangatdikenalnya. Tiba-tiba, di hadapannya, muncul Indurasmi dengan cahaya lembutyang mengelilinginya. Bumantara masih tak percaya, apakah itu hanya mimpi danangannya saja?

"Indurasmi!" teriak Bumantara dengan suara penuhkebahagiaan dan keheranan. Indurasmi tersenyum, tetapi ada kekhawatiran dimatanya. "Bumantara, aku Kembali."

"Apakah ini mimpi? Apakah benar ini engkau indurasmi?" jawabBumantara yang masih tidak percaya dengan kehadiran indurasmi

"benar bumantara ini aku Indurasmi, aku Kembali untuk memintamumembantu dalam sebuah tugas yang sangat penting. Jika berhasil, aku akanmenjadi manusia seutuhnya dan bisa bersamamu selamanya."

Bumantara menggenggam tangan Indurasmi. "Apa yang harus akulakukan?"

Indurasmi memberinya panah dari cahaya bintang. "Saat akumengalami metamorfosis, kau harus melemparkan panah ini tepat ke hatiku. Jikameleset, aku tidak akan pernah bisa menjadi manusia."

Bumantara merasa gugup, namun tekadnya kuat. "Aku akanmelakukannya, Indurasmi. Demi cinta kita."

Malam itu, di bawah sinar rembulan, Indurasmi berdiri di tepi danaudan mulai menjalani proses metamorfosisnya. Tubuhnya mulai bercahaya danbertransformasi menjadi manusia. Cahaya semakin terang, dan Bumantara merasakandetik-detik penuh ketegangan.

Dengan hati-hati, Bumantara mengarahkan panah ke arah Indurasmiyang sedang berubah. "Aku mencintaimu, Indurasmi. Aku tidak akanmembiarkan ini gagal."

Saat momen yang tepat tiba, Bumantara melepaskan panahnya. Panahitu meluncur di udara dengan kecepatan yang sangat cepat, menuju ke arah hatiIndurasmi. Cahaya dari tubuh Indurasmi semakin terang, seolah-olah menyerapkekuatan dari panah yang mendekat.

Dengan ketepatan luar biasa, panah itu menancap tepat di hatiIndurasmi. Cahaya terang mengelilinginya sejenak, sebelum akhirnya perlahanmeredup. Indurasmi jatuh ke tanah dengan lembut, dan Bumantara segera berlarimendekatinya.

"Indurasmi, apakah kau baik-baik saja?" tanya Bumantaradengan cemas.

Indurasmi membuka matanya dan tersenyum lemah. "Bumantara,kita berhasil. Aku merasakan detak jantung manusia di dalam diriku."

Bumantara memeluk Indurasmi erat-erat, merasakan kehangatantubuhnya yang kini menjadi manusia seutuhnya. "Aku tidak akan pernahmembiarkanmu pergi lagi."

Mereka berdua duduk di tepi danau, merasakan kebahagiaan yang luarbiasa. Indurasmi, yang kini menjadi manusia, merasakan setiap detak jantungnyasebagai bukti cinta yang telah mempertemukan mereka kembali.

Setelah Indurasmi berhasil melewati metamorfosis dan menjadimanusia seutuhnya, hubungannya dengan Bumantara semakin erat. Mereka merasakankebahagiaan baru dalam kebersamaan mereka sebagai manusia. Pada suatu malam,setelah melalui banyak petualangan dan tantangan bersama, mereka duduk di tepidanau, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang-bintang.

Indurasmi memandang Bumantara dengan mata yang penuh cinta dan rasasyukur. "Bumantara, selama ini kamu selalu ada di sisiku, mendukungku, danmemberiku kekuatan. Aku tidak akan bisa melalui metamorfosis ini tanpabantuanmu."

Bumantara tersenyum lembut, merasakan hangatnya tangan Indurasmidalam genggamannya. "Kita melakukannya bersama, Indurasmi. Aku akan selaluada untukmu."

Indurasmi mengangguk, terharu oleh kata-kata Bumantara. "Kamutahu, setelah menjadi manusia, aku mulai memahami lebih banyak tentangkehidupan di bumi ini. Bumi, tempat kita hidup dan berjuang, memiliki arti yangbegitu besar bagiku sekarang. Kamu tahu dalam bahasa kuno, bumi disebut'Bentala'."

Bumantara mendengarkan dengan penuh perhatian, penasaran denganarah pembicaraan Indurasmi. "Bentala? Itu sebutan yang indah."

Indurasmi tersenyum dan melanjutkan, "Ya, Bentala adalahfondasi dari segala kehidupan, tempat segala sesuatu berawal. Dan kamu,Bumantara, adalah fondasi dalam hidupku. Kamu adalah orang yang selalu ada disisiku, memberikan dukungan dan kekuatan. Seperti bumi yang kokoh menopangsegala kehidupan, kamu adalah dasar dari semua kebahagiaanku."

Bumantara merasa sangat tersentuh oleh kata-kata Indurasmi."Indurasmi, itu adalah sebutan yang sangat berarti."

Indurasmi menggenggam tangan Bumantara lebih erat. "Mulaisekarang, aku ingin memanggilmu dengan sebutan 'Bentala'. Ini adalah carabagiku untuk mengingatkan kita berdua tentang betapa pentingnya peranmu dalamhidupku dan betapa kuatnya cinta kita."

Bumantara mengangguk, matanya bersinar dengan kebahagiaan."Terima kasih, Indurasmi. Aku akan selalu menjadi fondasi yang kokoh untukkita berdua. Aku juga punya panggilan spesial untukmu indurasmi. Arutala"

"Arutala? Itu sebutan yang indah, apa maknanya bentala?" jawab indurasmipenasaran

Bumantara menjelaskan makna panggilannya kepada indurasmi "DalamBahasa sansekerta Arutala mempunyai arti Rembulan, rembulan memberikan Cahayayang terang dalam gelapnya malam, dan kamu memberikan Cahaya dalam hidupku.Kamu menerangi jalan yang gelap dan memberiku harapan Ketika aku merasasendirian dan tak ada jalan. Setiap aku melihat rembulan aku akan mengingatbetapa berharganya kamu dalam hidupku. Kamu adalah rembulanku arutala, aku jugaberjanji akan menjadi seperti bentala yang setia hanya kepada rembulannya."

Indurasmi tersenyum penuh haru mendengar kata-kata bumantara danmemeluknya erat-erat "Dan kamu adalah fondasiku, Bentala. Bersama-sama, kitahadapi semuanya."

Dengan sebutan baru ini, hubungan mereka semakin kuat dan penuhmakna. Panggilan "Bentala" dan "Arutala" menjadi simbol cinta danpenghargaan mereka satu sama lain. Mereka mengingatkan satu sama lain akan peranpenting yang mereka perankan dalam kehidupan masing-masing. Bumantara sebagaifondasi yang kokoh, dan indurasmi sebagai Cahaya yang menerangi kegelapan.

Di bawah langit Bentala yang dipenuhi bintang, Bumantara danIndurasmi berjanji untuk selalu bersama, menjalani setiap hari dengan cintayang abadi. Meski tantangan masih akan datang, mereka tahu bahwa cinta merekamampu mengatasi segalanya. Dengan hati penuh kebahagiaan, mereka melangkah kemasa depan bersama, diiringi oleh keindahan alam dan cinta yang takterpisahkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline