Hidup di dunia hanyalah sementara, apa yang ada di dunia hanyalah titipan dari Allah Tuhan yang Maha Esa. Di dunia kita akan hidup dengan berbagai macam orang, baik dari kalangan atas, menengah maupun kebawah.
Di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang berada pada tingkat kalangan bawah. Kemiskinan masih meajalela dimana-mana. Sering juga kita jumpai orang-orang yang mengemis di jalan, mengamen, mencari sampah demi mencari sesuap nasi, bahkan terkadang mereka ada yang tidak beralas kaki dan rela berkeliling di bawah terik panasnya matahari yang menyengat.
Di hari Selasa kemarin tepatnya tanggal 12 April 2022 setelah pulang dari KPU saya dan teman-teman mendapati seorang ibu paruh baya yang duduk di lampu merah menjul air mineral kemasan botol. Akhirnya saya dan teman-teman memutuskan untuk menghampiri ibu tersebut dan mewawancarainya agar kita bisa belajar dari kehidupan ibu tersebut.
Tetapi sebelum menghampiri ibu tersebut, saya dan teman-teman berinisiatif memberikan sedikit rezeki kita dan akhirnya kita mampir dulu ke mini market membeli beberapa sembako untuk diberikan pada ibunya. Setelah membeli beberapa sembako barulah saya dan teman-teman menghampiri ibu tersebut.
Ibu Hartatik namanya, beliau tinggal di Polehan. Aslinya orang Gondanglegi, hanya saja ketika dulu menjadi TKW di ndapur sebelum punya anak, kemudian beliau beli rumah di Polehan. Beliau adalah tulang punggung keluarga.
Suaminya sudah meninggal ketika beliau mengandung anaknya yang ke 6 di umur kehamilan 7 bulan, sehingga inilah yang menjadikan beliau sebagai tulang punggung keluarga.
Ketika anaknya sudah lahir dan berumur 3 tahun beliau bekerja sebagai pemulung mencari barang bekas dengan membawa anaknya yang dibonceng, lalu pada suatu hari beliau mengalami kecelakaan jatuh dari sepeda sehingga menyebabkan tangan anaknya patah.
Menurut Bu Hartatik, beliau bekerja apa adanya apapun itu akan dilakukan yang penting tidak mencuri barang dalam artian halal. Karena kehidupannya tidak ada yang mencarikan atau menafkahi maka apa yang beliau dan anaknya pingin makan maka harus berusaha dulu, menurutnya "sebagai manusia hidup yang memiliki akal jangan sampai kita kalah dengan ayam yang selalu berusaha mencari makan sendiri".
Beliau memiliki 6 orang anak. Yang 5 sudah menikah sehingga mempunyai keluarga sendiri dan yang 1 masih perjaka tetapi sudah bekerja. Beliau berkata sebagai orangtua yang memang anaknya orang tidak mampu meskipun anaknya sudah berumah tangga kehidupannya juga masih sederhana, beliau juga tidak pernah meminta sepeserpun pada anaknya, anak memberi seberapapun entah itu 20 ribu atau 25 ribu pasti diterima karena itu sudah menunjukkan seorang anak yang mengerti orangtua.
Jadi intinya beliau tidak meminta balasan apapun itu dari anaknya, beliau sangat bersyukur walau sang anak hanya memberinya 10 ribu atau 20 ribu karena itu maknanya anak selalu ingat pada orangtuanya.
Untuk lokasi Ibu Hartati bekerja (menjual air mineral kemasan botol) yaitu menetap di lampu merah di dekat salah satu pom bensin di Kota Malang.