Lihat ke Halaman Asli

Renita Diyana Lestari

Hanyalah manusia biasa

Santri di Era Millenial

Diperbarui: 20 Oktober 2021   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Santri biasanya dapat dikatakan sebagai seseorang yang menimbah ilmu agama islam di sebuah pondok pesantren yang diasuh oleh seorang kyai. Tetapi sebenarnya menurut KH.Mustofa Bisri santri bukan hanya yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlaq seperti santri dialah santri. Santri juga merupakan garis terdepan dalam memerdekakan bangsa Indonesia. Di zaman dulu saat berperang santri menggunakan resolusi jihad fii sabilillah (suatu rasa cinta tanah air bagi santri dengan berani mati dalam peperangan untuk membela negara dari serangan musuh) atas perintah seruan KH.Hasyim Asy'ari sehingga akhirnya pihak musuh terkalahkan. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Oktober 1945, sehingga sampai saat ini tanggal 22 Oktober diperingati sebagi hari Santri Nasional (HSN) yang sudah ditetapkan oleh keputusan presiden Nomor 22 Tahun 2015. Hal ini dapat menunjukkan bahwa santri sangat berperan dalam mewujudkan bangsa dan negara yang beradab.

Kita harus bangga menjadi seorang santri, jika kita tidak bangga maka tidak akan ada yang menghormati santri. Menjadi seorang santri dominan harus meninggalkan rumah beserta orang tuanya dan harus tinggal di asrama atau pesantren demi menuntut ilmu. Mereka akan dididik menjadi orang yang disiplin, dapat mengatur waktu, ibadah dan juga diajarkan menjadi orang yang sederhana serta mandiri yang pastinya sesuai dengan ajaran-ajaran qur'an dan sunnah.

Di era millennial saat ini informasi bukan lagi berdasarkan kebenaran atau fakta, melainkan berdasarkan kepercayaan semata, inilah yang menjadi tantangan bagi seorang santri. Seorang santri yang proses belajarnya berdasarkan qur'an dan sunnah menjadi hal yang harus dibagikan kepada masyarakat. Dengan turunnya santri ke masyarakat diharapkan bisa meminimalisir informasi-informasi hoax. Maka dari itu sebagai seorang santri jangan sampai terbawa arus negatif globalisasi, melainkan harus bisa memanfaatkan teknologi (melek teknologi) dengan bijak. Misalnya menggunakan teknologi untuk mengakses pengetahuan atau menggunakannya untuk berdakwah menyiarkan islam secara online. Sebagai seorang santri juga bisa memiliki kompetensi di bidang kerja secara professional, apalagi seorang santri tentunya diajarkan tentang akhlakul karimah sehingga akan lebih menghormati para pekerja lainnya. 

Santri yang beradab dan melek teknologi saja belum cukup, santri juga harus menjadi ujung tombak dalam literasi, karena dengan literasi yang baik kita bisa menentukan apakah informasi yang tersebar tersebut valid atau hoax, serta kita harus bisa memilah dengan baik dalam menyebarkan informasi ataupun edukasi. Jangan sampai kita menyesatkat umat manusia.

Santri juga diharapkan untuk bisa memerangi paham barat yang dapat menghancurkan bangsa dan memecah belah kesatuan bangsa. Oleh karena itu di era millennial ini santri harus  mengimbangi antara ilmu agama islam dan juga ilmu pengetahuan umum untuk bersaing di era saat ini.  Peran santri dalam menghadapi tantangan ini yaitu santri bisa melakukannya dengan berbagai cara, yaitu santri bisa tetap terus berdakwah menanamkan nilai islam yang moderat dan dapat membuat perubahan serta inovasi untuk kemaslahatan umat. Kemudian santri juga dapat berkonstribusi dalam perdamaian dunia (santri itu harus kuat ilmu dan kuat fisik), dan santri juga harus bisa menjadi perekat pemersatu bangsa, karena dengan bersatu maka bangsa kita akan maju bersama. Persatuan dan kerukunan tidak hanya dalam hubungan antar umat islam melainkan juga antar umat agama lain.

Di era millenial ini juga tidak luput dengan adanya santri yang melakukan perilaku menyimpang. Walaupun dalam keseharian sebagai seorang santri pasti dididik dengan akhlak dan norma yang baik tetapi tidak sedikit santri yang melakukan perilaku menyimpang. Menurut pengalaman saya sendiri contoh perilaku menyimpang yang sering terjadi di area pesantren yaitu melanggarnya peraturan seperti tidak mengikuti sholat berjamaah, berduaan dengan lawan jenis, bahkan ada juga yang mencuri barang milik santri lain. Untuk mengatasi hal tersebut ada upaya-upaya yang harus dliakukan seperti menegurnya, dan memberinya sanksi sesuai apa yg diperbuat, bahkan ada yang sampai di sidang karena tidak mau mengakui kesalahannya. Dengan begitu diharapkan santri tidak akan melakukan perilaku yang menyimpang lagi. Di era saat ini juga banyak para pemuda islam bahkan ada juga santri yang suka berjoget-joget di media sosial. Hal itu merupakan hal yang tidak baik karena sebagai umat islam seharusnya kita dapat menggunakan media sosial dengan baik misalnya untuk sharing-sharing tentang ilmu pengetahuan, bukan malah joget-joget mengumbar aurat, karena jika kita mengumbar aurat itu termasuk perbuatan yang dosa.

Berbicara tentang santri, menurut pengalaman saya para santri dalam memperingati hari santri biasanya dengan mengadakan lomba-lomba, Seperti lomba pidato, Qiro'ah, menulis karya ilmiah, membaca kitab, dll. Dengan adanya lomba-lomba tersebut para santri bisa menuangkan bakatnya. Dengan melalui salah satu lomba tersebut yaitu pidato kita juga bisa menyampaikan kepada semua orang bahwa kita sebagai santri harus tetap berakhlakul karimah dan jangan pernah berani sama orang tua ataupun kyai walaupun kita sedang berada pada era milenial saat ini. Seperti yang pernah saya pelajari di pesantren sudah dijelaskan bahwasannya kita harus menghormati atau mentaati guru kita agar ilmu yang diberikan itu berkah dan bermanfaat bagi kita, hidup bahagia dan tidak pernah merasa putus asa.

Menjadi seorang santri itu hebat, karena menjadi seorang santri pastinya memiiki jiwa kesederhanaan, kemandirian dan juga persaudaraan atau kekeluargaan yang kuat. Kesederhanaan disini bukanlah kemiskinan tetapi di dalam kesederhanaan tersebut tersimpan hati yang lembut, ketabahan dan juga dapat menghadapi tantangan dalam perjuangan hidup yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Sedangkan dengan kemandirian maka seorang santri tidak akan pernah manja kepada orang tuanya, mereka akan melakukan pekerjaan atau kegiatan sehari-harinya sendiri. Kemudian yang di maksud persaudaraan atau kekeluargaan yang kuat yaitu seperti seorang santri yang tinggal di pesantren pastinya memiliki banyak teman, nah disitulah mereka akan mempererat persaudaraan serta kekeluargan sesama. Mereka susah senang selalu bersama, jadi jika ada masalah maka akan terasa lebih ringan karena dihadapi secara bersama-sama. Sikap ini tidak hanya dapat diterapkan di pesantren tetapi juga bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat.

Dapat disimpulkan cara agar santri menjadi terdepan dalam segala hal yaitu dengan cara menerapkan ilmu yang telah di dapatkannya, yaitu selalu berakhlaq baik, menjaga kesopanan, tetap berdakwah menyiarkan agama ataupun ilmu pegetahuan umum kepada masyarakat, ikut berpartisipasi dalam perdamaian dan persatuan bangsa, dan tetap hadapi masalah yang ada dengan berpikir kritis dan bijak sehingga masalah dapat terselesaikan dengan baik, dan ingat jangan pernah takut dengan resiko yang terjadi seperti halnya resolusi jihad fii sabilillah yang dilakukan santri terdahulu.

Hidup Santrii!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline