Lihat ke Halaman Asli

Aku

Diperbarui: 30 November 2022   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menghabiskan waktu liburan kali ini sangat menyenangkan karena aku ditemani oleh dua sahabatku. Namanya Ana dan Chandra. Mereka berdua merupakan sahabatku dari kecil sampai saat ini, mereka sangat baik dan juga asyik. Aku jadi teringat ketika kami bertiga masih duduk dibangku sekolah dasar ada saja ide mereka melakukan suatu permainan jika kita sedang bosan sebab tidak ada yang dimainkan.

Selain mereka mengingat banyak permainan, mereka juga suka mengajakku mengeksplor alam. Mancing di rawa misalnya, memanjat pohon jambu, menelusuri alang-alang, membuat tenda di bawah pohon menggunakan daun pisang dan masih banyak lagi. Seru sekali bersama mereka, tidak satu hari pun aku lewatkan tanpa percobaan hal yang baru. Chandra dan Ana adalah kakak beradik dan lebih tua dari aku.

Kini kami bertiga sama-sama sudah menginjak remaja, dan mereka berdua tidak pernah berubah. Tiba-tiba saja hari ini, mereka pagi-pagi sekali sudah ada di teras depan rumahku, mereka memanggil "Seli,, Seli". Aku yang baru saja selesai mandi segera menghampiri mereka. "Ada apa?" Tanyaku pada mereka. "Kamu mau ikut ga ke pantai" kata Ana. Wah membayangkannya saja sudah membuat aku sangat bahagia. Tentu saja aku mengiyakan dan segera menggunakan pakaian terbaikku. Aku menggunakan sendal tali berwarna coklat, celana cream dan baju atasannya berwarna putih serta rambut ku yang teruntai rapih dengan ikat rambut pita diatasnya. Diperjalanan aku di suguhkan dengan langit yang biru dengan sedikit awan putih yang menghiasi langit biru yang cantik itu, tampaknya semesta sangat mendukung untuk menyaksikan pemandangan yang sangat aku inginkan sudah dari lama. Mewujudkan keinginan dengan orang yang dicintai itu adalah suatu hal paling bahagia dalam hidup.

Cukup memakan waktu yang lama diperjalanan, namun lelahnya terbayar dengan segala yang ada di depan mata. Pohon rindang kiri dan kanan, angin yang berhembus dibalik pepohonan menggoyangkan daun-daun yang tersusun rapih didahannya. Tak lengkap rasanya jika pepohonan tidak dipadukan dengan ayunan dibawahnya. Pasir putih yang menyelimuti sekeliling air biru ditengahnya. Betapa bersyukurnya sang pencipta menciptakan keindahan alam yang satu ini. Tidak cukup itu semua menggambarkan betapa istimewanya pantai untuk aku.

Chandra dan Ana tahu betul bahwa aku sangat suka pantai. Karena setiap aku bertemu dengan mereka maka yang aku ceritakan adalah pantai. Sementara Ana jika bertemu denganku dia akan menceritakan tentang tokoh kartun yang sangat ia suka, jika ada tokoh kartun yang tampan menurutnya maka dia akan sangat bersemangat bercerita. Beda jika tokoh kartun yang ia sukai mengalami kegagalan atau kesialan maka Ana akan sedih ketika menceritakannya, bagiku Ana adalah sosok yang sangat perasa. Suasana hatinya mudah berubah-ubah. Untung saja ada Chandra yang mana Chandra ini adalah abang Ana yang siap siaga menuruti semua keinginan adiknya yang manja itu.

Jika Chandra, dia adalah sosok lelaki yang sangat menyukai game. Selain game, Chandra juga suka bermain gitar, tetapi Chandra tidak pandai bernyanyi. Dia malu katanya karena suaranya tidak terlalu bagus. Chandra sering mengajakku untuk bernyanyi ketika dia sedang memainkan gitarnya. Katanya agar suara gitarnya tidak terlalu sepi. Akupun dengan senang hati bernyanyi, meski suara yang aku miliki tidak sebagus suara Isyana. Aku akan tetap percaya diri untuk bernyanyi. Menyanyi adalah kesukaanku selain pantai.

Sambil menikmati angin pantai, Chandra mulai memetik gitarnya lalu kami bernyanyi bersama-sama. Kami mempunyai lagu favorit yang sama, yaitu lagu Pelukku untuk Pelikmu dari Fiersa Besari. Selain lantunan musiknya yang santai, makna liriknya juga sangat mewakili kami para remaja yang dituntut oleh berbagai ekspektasi.

Di sela bernyanyi, Ana yang juga suka mengabadikan moment. Memotret semua pemandangan, tak lupa Ana juga memotret aku dan Chandra yang sedang bernyanyi. Setelahnya barulah Ana mengajak untuk foto bertiga, karena kurang lengkap rasanya jika tidak ada Ana di dalam kamera mini nya itu.

Terlihat sudah tidak ada bayangan di tanah, itu mengisyaratkan kami untuk segera pulang. Ditengah perjalanan pulang kami menyantap bakso Pak Kadir dengan lahap. Aku memandangi Chandra, dia terlihat sangat suka dan sangat menikmatinya. Lengkap sudah kebahagiaan liburan kali ini, aku banyak bersyukur atas apa yang masih bisa aku nikmati hingga saat ini.

            Tetapi tidak tahu mengapa pikiran ini selalu tertuju pada wajah Chandra. Sikap manisnya selama ini cukup membuat aku untuk merasakan benih-benih cinta tumbuh di hatiku setiap aku bertemu dengan dia.  Aku selalu menepis perasaan itu setiap kali aku bertemu dengan Chandra. Karena aku malu telah gagal menjaga komitmen persahabatan ini.

            Biarkan sajalah perasaan ini berjalan apa adanya, toh perasaan ini hadir tanpa di undang maka biarkan saja seiring waktu perasaan ini akan hilang juga dengan sendirinya, gumamku didalam hati. Dan seperti semesta mendukung perasaanku, kami bertiga kembali dalam satu sekolah yang sama. Ana dan Chandra pindah kesekolah yang sama denganku. Wajar saja mereka pindah sesuka hati, uang orang tua mereka  saja sudah menggunung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline