Lihat ke Halaman Asli

Manusia Gadget

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari (bahkan mungkin setiap hari), lo duduk menghadap laptop di ruangan ber-wireless internet. Di samping laptop lo ada hape, di samping hape lo ada hape lagi (kalo yang tadi smart phone, maka yang ini stupid phone. ngikkk!), disamping hape lo yang stupid itu ada modem, tapi modemnya lagi ga dipake karena kebetulan ruangannya ada hot spot.

Gadget banget ga sih loooo…?

nggak, BIASA AJA!

Bagus, jawaban yang bagus. BIASA AJA DONG…masa ga pegang BB sedetik tangan lo udeh kudisan. Masa ga update status barang dua menit jempol lo udeh kurapan. Nggak kan!

Yang ingin gue bilang ke elo adalah: lo boleh gadget bray, Macbook, Ipad, Iphone, BB, apapun lah! Tapi idup lo musti biasa aja. Kalo lagi ngobrol ya ngobrol. Kalo lagi makan ya makan. Jangan autis sendiri. Diajak ngobrol malah BBM-an ma orang lain. Orang makan bakso, lo makan komen di Facebook. Sekali-sekali sih gapapa. Tapi jangan keseringan juga sob. Kita emang idup di era digital, dimana kita banyak berhubungan dalam bahasa digital. Kita juga idup di kultur elektronik global, dimana kita banyak be-gaol dengan benda-benda canggih yang disebut elektronik.

Ini semua gak lepas dari revolusi komunikasi cuyyy….Bahwa perkembangan teknologi komunikasi telah membawa perubahan dalam kultur komunikasi kita: dari tadinya kultur lisan, lalu kultur cetak dan sekarang kultur elektronik. Nah, perkembangan ketiga kultur komunikasi ini senada dengan perkembangan tiga fase peradaban manusia yaitu peradaban lisan, cetak dan elektronik.

Saat ini, teknologi digital sangat memudahkan kehidupan kita. Semua-muanya serba gampang: nyimpen data, ngirim data….Gadget pun menjadi hal penting yang tak terpisahkan dari idup kita. Gadget menemani kita di saat-saat terbaik dan saat-saat terburuk dalam idup kita. Setuju kan??

Tapi apa yang terjadi kalo salah satu aja dari gadget kesayangan kita itu tiba-tiba ngilang? Panik dan frenzy.

Bahwa melampaui kebutuhan, orang-orang malah ketergantungan ama teknologi digital. Itulah mengapa dibutuhkan resistensi teknologi atau daya kebal teknologi untuk mengontrol kesadaran masyarakat atas kebutuhan menjadi digital. (terjemahin ndiri lah yaaa!)

Resist, resist, resist woyyy!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline