Lihat ke Halaman Asli

Pro Kontra Pemberian PR pada Anak

Diperbarui: 1 Juli 2021   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pro Kontra PR untuk anak (unsplash/annie-spratt)

Sebagian siswa menganggap PR (Pekerjaan Rumah) adalah beban bagi mereka. Bagaimana tidak, siswa telah menghabiskan banyak waktunya di sekolah untuk mendalami banyak materi dan perhitungan. 

Harapannya, ia memiliki waktu juga untuk bermain dan istirahat. Pun begitu yang orang tua rasakan. Ia menginginkan anaknya agar memiliki waktu untuk bermain, bercengkrama dengan keluarga, atau sekedar untuk bersantai-santai ketika di rumah.

Baca juga : Libur Sekolah Tiba, Saatnya Anak Belajar Pekerjaan Rumah

"Aduh, PR matematika banyak banget, sih"

"Belum lagi, IPA"

"Sebel, ah"

Siswa merasa menanggung banyak beban dan tidak menikmati dalam pengerjaan PR. Sehingga, tak sedikit yang memilih jalan akhir melalui menyontek.

Padahal, maksud dan tujuan guru memberikan PR kepada siswa adalah untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah di ajarkan selama di kelas. 

Baca juga : Orangtua Mengerjakan PR Anak, Salahkah?

Tentu salah satunya mengukur tingkat kefokusan sang anak. Karena PR yang diberikan tidak lepas dan tidak jauh-jauh dari materi yang sudah di ajarkan, guna agar siswa merasa seperti mengulang pelajaran yang sudah di sampaikan, hanya menganalisa dan mengingat kembali untuk dapat mengerjakan PR tersebut. 

Selain itu, pemberian PR dilatarbelakangi oleh adanya maraknya siswa yang mulai kecanduan dengan tekhnologi. Salah satunya media komunikasi, handphone. Siswa meraa lebih menikmati untuk memainkan handphone tersebut dari pada untuk membaca buku-buku pelajaran. Siswa lebih asyik untuk bermain game, sosial media, dan lain sebagainya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline