Lihat ke Halaman Asli

Frater Milenial (ReSuPaG)

Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal

Agama Adalah Proyeksi Diri Manusia Menurut Perspektif Ludwig Feuerbach

Diperbarui: 16 Oktober 2021   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ludwig Feuerbach (mengeja.id)

1. Latar Belakang Permasalahan

Ludwig Feuerbach semula ingin menjadi Pendeta Protestan. Ia mengikuti kuliah-kuliah Hegel di Berlin. Namun makin lama ia makin tidak dapat menerima pemikiran Hegel. Feuerbach memandang bahwa sistem filosofis yang sudah ditegaskan oleh Hegel adalah puncak tertinggi dari  rasionalisme Barat. 

Menurut Hegel, dalam kesadaran manusia, Allah mengungkapkan diri. Gagasan fundamental Hegel ini pada umumnya, begitu juga oleh Feuerbach, dimengerti begini: Kita, orang-orang, merasa berpikir dan bertindak menurut kehendak atau selera kita, tetapi dibelakangnya "roh semesta" mencapai tujuannya. 

Meskipun ia tingkatannya sendiri  manusia bebas dan mandiri, akan tetapi melalui kemandirian itu roh semesta menyatakan diri. Hegel memakai kata "kelihaian Akal Budi" ("die List der Vernunft").[1] Roh semesta adalah pelaku sejarah yang sebenarnya tetapi seakan-akan dari belakang layar. Para pelaku manusia tidak sadar bahwa mereka didalangi olehnya.

Gagasan inti Hegel itu menjadi sasaran kritik Feuerbach. Menurut Feuerbach, Hegel memutarbalikkan kenyataan. Hegel memberi kesan seakan-akan yang nyata adalah Allah (yang tidak kelihatan), sedangkan manusia (yang kelihatan) hanyalah wayangnya. Padahal yang nyata itu adalah manusia yang tak terbantahkan. 

Bukan manusia itu pikiran Allah, melainkan Allah adalah pikiran manusia. Allah yang dimaksud adalah sebuah mimpi dari diri manusia. Kata Allah harus diganti dengan kata "hakekat manusia" karena manusia sudah lama diasingkan dari dirinya sendiri. 

Menurut Feuerbach, manusia harus dikembalikan pada dirinya sendiri. Hakekat manusia adalah rasio, kehendak dan hatinya. Bagi Feuerbach, manusia inderawi tidak dapat dibantah, sedangkan roh semesta hanya berada sebagai objek pikiran manusia.

 Ludwig Feuerbach mendasarkan dan memusatkan penyelidikan filsafatnya hanya pada pengalaman yang konkret (inderawi) atau empiris. Filsafat yang berlandaskan kenyataan konkret (inderawi) adalah prinsipiil. Hal ini disebabkan karena hal-hal yang empiris menjanjikan kepastian dan kemantapan dalam berfilsafat. 

Ia menyimpulkan bahwa kebenaran, kenyataan, dan keindahan adalah identik. Keidentikan ini membawa sebuah konsekuensi bagi filsafat, yakni pengalaman inderawi adalah asas untuk berfilsafat. 

Berangkat dari filsafatnya ini ia mengkritik filsafat Hegel yang dianggapnya "ketinggalan zaman" karena Hegel dianggap menekankan roh, kesadaran atau akal budi. Hal ini dianggap tidak konkret (inderawi) terutama dalam menjelaskan seluruh realitas (termasuk manusia dan sejarahnya).[2] Baginya cara berpikir Hegel hanyalah spekulatif melulu. Maka, titik tolak yang sah bagi filsafat adalah manusia inderawi.

2. Riwayat Hidup dan Karya-karya Ludwig Feuerbach[3]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline