Kisah di tahun 2010-2014
Pukul lima pagi kurang dari lima menit (04:55) WIB. Dingin menusuk kulit. Dunia seolah-olah berhenti berputar. Semuanya terasa beku di tengah kompleks Seminari Menengah St. Petrus Aektolang-Pandan.
Lonceng berbunyi tandanya bangun dari ranjang yang sebenarnya tidak bisa di tinggalkan. Tanpa basa-basi semua anak Seminari bergegas untuk bangun dan dengan segera mungkin pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri menyambut hari yang baru.
Kompleks ini terjepit di antara bukit, bersanding dengan tebing curam yang di tumbuhi berbagai macam pepohonan. Keheningan yang nyaris sempura andai saja tidak terdengar desau angin pengunungan.
Dan keheningan yang penuh daya gaib, mampu menetramkan jiwa yang gundah, kedinginan yang begitu ngeri, para anak seminari harus memaksakan diri untuk mandi dan sambil menunggu sesuatu bunyi.
Tiba-tiba robek oleh dentang suatu lonceng tandanya masuk kapel. Di pagi buta itu suara mirip koor malaikat, menggema dan menelusup di sela-sela pepohonan yang berbagai macam bentuk. Satu demi satu para seminaris masuk kapel "Marilah kita menyapa dan memuji Tuhan Yesus yang telah rela menderita bagi kita".
Itulah bait awal pujian saat para seminaris memulai ibadat yang pertama tepat pukul kurang lebih 05:45 WIB. Hal itu di lakukan setiap hari. Tatkala di tempat lain saya yakin orang masih berenakkan untuk tidur dan masih terbuai mimpi.
Di seminari Menengah St. Petrus kami sudah mulai menyapa Allah sang Pencipta. Meditasi bersama, Doa pujian, Bacaan suci "Semua di lakukan oleh kurang lebih 80 oarang anak seminaris atau pertapa di tengah keheningan alam.
Waktu semakin berganti dan ibadat pagi telah selesai di lakukan anak seminaris. Maka keheningan alam semakin di rasakan. "Begitu indah, begitu mempesona, dan begitu menggairahkan untuk tetap tinggal di dalamnya." Kebahagiaan semakin di rasakan ketika lonceng sakristi berbunyi tandanya Tuhan kita Yesus Kristus akan datang untuk mempersembahkan Tubuh dan Darah-NYA. Bagi kita yang telah hadir pada perjamuan-NYA.
Dengan penuh semangat semua anak seminaris mempersiapkan hati dan pikiran untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus lewat para pengembala yang telah di utus-NYA.
Setelah semuanya di anggap selesai, keheningan alam masih tetap di pelihara. Maka masing-masing anak seminaris mencari tempat yang sejuk untuk menikmati keindahan dan keheningan alam di pagi hari. Ada yang berunding di bawah pondok yang penuh kesejukan dan ada pula yang duduk di samping bundaran Bunda Maria untuk menikmati keindahan alam yang sungguh luar biasa indahnya di pagi hari dan sambil menunggu sesuatu yang berbunyi.