1. Dosa Personal
Pada hakekatnya, dosa berdimensi personal sekaligus sosial. Dosa dipahami sebagai penolakan untuk menjadi manusia sempurna. Seorang pendosa menolak untuk menjadi sempurna dalam dirinya.
Dia mengkhianati panggilannya yang sejati. Dosa dipandang sebagai gejala kepribadian yang sakit dan ketidakteraturan rohani dalam pribadi seseorang.
Usaha untuk mewujudkan diri yang sejati nampak dalam tindakan moral manusia. Dimensi personal dosa tertemukan dalam keterkaitannya dengan tindakan moral manusia sebagai perwujudan diri manusia yang sebenarnya.
Dosa itu dilakukan oleh seseorang dengan kehendak dan kebebasan penuh, maka dengan sendirinya ia bertanggungjawab atas dosa yang dilakukannya.
2. Dosa Sosial
Dosa pada dirinya sendiri menunjuk pada tindakan moral personal, yang dikaitkan dengan kebebasan manusia untuk memilih dan bertindak. Dosa personal ini bisa membahayakan orang lain. Hal ini tampak dari dosa yang berlawanan dengan cinta kasih dan keadilan, skandal dan kerjasama dalam kejahatan.
Dimensi sosial dari dosa personal berkaitan erat dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Dosa yang dilakukan manusia bisa saja dipengaruhi dan mempengaruhi orang lain.
Dalam lingkup Gereja, dosa yang berdimensi sosial ini juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tubuh komunitas Gereja dalam hubungannya dengan Tuhan. Dosa menimbulkan cacat dalam Gereja, yang pada gilirannya bisa mematikan jaringan sel tertentu di dalam Gereja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H